Pupuk Indonesia Jalin Kemitraan Strategis untuk Amankan Pasokan Gas dan Dukung Ketahanan Pangan

PT Pupuk Indonesia (Persero) mengambil langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui kolaborasi erat dengan sektor energi. Upaya ini diwujudkan dengan menjajaki potensi pemanfaatan gas alam dari dua proyek migas besar, yakni Wilayah Kerja (WK) Masela dan WK South Andaman.

Inisiatif ini menjadi sorotan utama dalam ajang Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025, di Tangerang, di mana Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menekankan peran krusial sektor energi dalam mendukung industri pupuk. Menurutnya, gas alam merupakan bahan baku utama dalam produksi pupuk, yang memiliki kontribusi signifikan terhadap produktivitas pertanian nasional.

Kemitraan Strategis untuk Pasokan Gas Berkelanjutan

Sebagai langkah konkret, Pupuk Indonesia telah menandatangani dua dokumen kesepakatan awal:

  • Head of Agreement (HoA) dengan JV INPEX Masela Ltd - PT Pertamina Hulu Energi Masela dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd: Kesepakatan ini membuka jalan bagi pemanfaatan gas dari Lapangan Abadi WK Masela. Pupuk Indonesia berencana menggunakan pasokan gas ini untuk pabrik blue ammonia yang akan dibangun di Pulau Yamdena, Maluku. Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2030 ini diperkirakan membutuhkan pasokan gas jangka panjang sebesar 150 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD).
  • Memorandum of Understanding (MoU) dengan Mubadala Energy: MoU ini bertujuan untuk menjajaki potensi kerja sama pemanfaatan gas dari WK South Andaman. Kerja sama ini terkait dengan rencana Pupuk Indonesia untuk membangun fasilitas produksi metanol dan blue ammonia di Nangroe Aceh Darussalam, yang berdekatan dengan WK South Andaman. Pabrik metanol diperkirakan membutuhkan pasokan gas sebanyak 115 MMSCFD, sementara pabrik blue ammonia membutuhkan 85 MMSCFD.

Hilirisasi Gas dan Transisi Energi Rendah Karbon

Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa Pupuk Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan hilirisasi gas alam guna mendukung ketahanan pangan nasional. Perusahaan saat ini merupakan pemain utama dalam hilirisasi gas menjadi amonia dan turunannya. Ke depan, Pupuk Indonesia akan memperluas portofolionya ke produk berbasis metanol, yang merupakan komoditas energi bersih yang semakin dibutuhkan.

Selain diversifikasi produk, Pupuk Indonesia juga mentransformasi strategi penyediaan pasokan gas. Perusahaan akan mulai mengadopsi pendekatan baru dengan memanfaatkan gas alam cair (LNG) yang lebih fleksibel. Langkah ini dilakukan seiring dengan meningkatnya kebutuhan gas dan untuk memastikan kelangsungan pasokan.

Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan komitmen Pupuk Indonesia dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan transisi energi rendah karbon. Melalui kolaborasi dengan sektor energi dan pengembangan teknologi, Pupuk Indonesia berupaya untuk menciptakan industri pupuk yang lebih berkelanjutan dan efisien.