Pupuk Indonesia Jalin Kemitraan Strategis dengan Sektor Energi untuk Amankan Pasokan Gas dan Dukung Ketahanan Pangan
PT Pupuk Indonesia (Persero) mengambil langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional melalui kolaborasi erat dengan sektor energi. Upaya ini diwujudkan melalui penandatanganan dua kesepakatan awal yang bertujuan untuk menjajaki potensi pemanfaatan gas alam dari proyek-proyek migas utama, yaitu Wilayah Kerja (WK) Masela dan WK South Andaman.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menekankan pentingnya sinergi antara industri pupuk dan sektor energi, mengingat gas alam merupakan bahan baku krusial dalam produksi pupuk. "Sektor energi memegang peranan vital dalam mewujudkan ketahanan pangan Indonesia," ujarnya pada ajang Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025. Rahmad menjelaskan bahwa pupuk berkontribusi signifikan terhadap produktivitas pertanian, dengan 75% bahan bakunya berasal dari sektor migas.
Kesepakatan pertama berupa Head of Agreement (HoA) yang ditandatangani dengan konsorsium pengelola Blok Masela, JV INPEX Masela Ltd - PT Pertamina Hulu Energi Masela dan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. Kolaborasi ini membuka jalan bagi pemanfaatan gas dari Lapangan Abadi di WK Masela. Pupuk Indonesia berencana menggunakan pasokan gas ini untuk pabrik blue ammonia yang akan dibangun di Pulau Yamdena, Maluku. Pabrik yang ditargetkan beroperasi pada tahun 2030 ini diperkirakan membutuhkan pasokan gas jangka panjang sebesar 150 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD).
Pemanfaatan cadangan gas raksasa dari Lapangan Abadi Masela diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, termasuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain HoA dengan pengelola Blok Masela, Pupuk Indonesia juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Mubadala Energy untuk menjajaki potensi kerjasama pemanfaatan gas dari WK South Andaman. Kesepakatan ini membuka peluang bagi kedua belah pihak untuk mengeksplorasi pemanfaatan gas bumi dari wilayah tersebut.
Penjajakan potensi kerjasama pengadaan gas dari WK South Andaman ini berkaitan erat dengan rencana Pupuk Indonesia untuk membangun fasilitas produksi metanol dan blue ammonia. Proyek ini tidak hanya memperkuat hilirisasi, tetapi juga mendukung transisi energi rendah karbon, mengingat metanol dan blue ammonia merupakan komoditas energi bersih yang semakin dicari dalam ekosistem energi masa depan.
Sebagai informasi, Pupuk Indonesia berencana membangun pabrik metanol dan mengembangkan blue ammonia di kawasan Nangroe Aceh Darussalam, yang berdekatan dengan WK South Andaman. Fasilitas pabrik metanol diperkirakan membutuhkan pasokan gas sebanyak 115 MMSCFD, sementara pabrik blue ammonia membutuhkan sekitar 85 MMSCFD.
Melalui MoU dengan Mubadala Energy, Pupuk Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan pasokan gas untuk kedua fasilitas tersebut dari ladang gas WK South Andaman.
Rahmad Pribadi menegaskan komitmen Pupuk Indonesia untuk terus mengembangkan upaya hilirisasi gas alam dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional. Perusahaan telah menjadi pemain utama dalam hilirisasi gas menjadi produk amonia dan turunannya. Kedepannya, Pupuk Indonesia juga berencana untuk memperluas portofolio hilirisasi ke produk berbasis metanol.
Selain diversifikasi produk, Pupuk Indonesia juga akan mentransformasi strategi penyediaan pasokan gas. Selama ini, perusahaan membangun pabrik pupuk di dekat sumber gas untuk memastikan kelangsungan pasokan. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan gas, Pupuk Indonesia akan mengadopsi pendekatan baru dengan memanfaatkan gas alam cair (LNG) yang lebih fleksibel.
"Kedepannya, kami akan mulai beralih ke LNG. Kami akan mulai menggunakan LNG dalam jumlah signifikan dan proporsinya akan terus meningkat," pungkas Rahmad.