Borobudur Diproyeksikan Menjadi Pusat Spiritual dan Budaya Dunia
Candi Borobudur, dengan kemegahan perayaan Waisak yang memukau pada 12 Mei 2025, terus berupaya untuk menegaskan posisinya bukan hanya sebagai destinasi wisata religi bagi umat Buddha, tetapi juga sebagai warisan budaya yang menarik perhatian wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Semangat ini tercermin dalam upaya berkelanjutan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney untuk mentransformasi kawasan Candi Borobudur menjadi destinasi kelas dunia yang berkualitas tinggi.
InJourney mencatat lonjakan signifikan jumlah pengunjung selama periode 1 hingga 13 Mei 2025, mencapai angka 100 ribu orang. Angka ini mencakup pengunjung reguler, umat Buddha yang merayakan Waisak, serta pendukung acara lainnya. Puncak kunjungan terjadi pada hari perayaan Waisak, 12 Mei 2025, dengan 45.914 pengunjung, meningkat 25% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 36 ribu pengunjung.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menyampaikan bahwa momen Waisak 12 Mei dihadiri oleh 10 ribu umat Buddha yang berkumpul untuk berdoa bersama. Ia menekankan pentingnya menjadikan Candi Borobudur sebagai duta budaya yang dikenal secara internasional.
"Waisak menjadi katalis pengembangan Borobudur sebagai destinasi cultural dan spiritual yang berkualitas. Kami ingin dunia melihat bahwa Indonesia memiliki kuil Buddha terbesar yang sangat indah," ujar Maya.
InJourney, bersama anak usahanya PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (InJourney Destinations Management), tengah berupaya menata kawasan Candi Borobudur menjadi destinasi berkualitas dan pusat kegiatan umat Buddha dunia. Salah satu langkahnya adalah pembangunan Borobudur Cultural Center yang akan menjadi pusat budaya dan spiritual. Penataan juga dilakukan di zona 2 dengan kehadiran Kampung Seni Borobudur yang menampung 2000 UMKM.
"Dengan memberikan DNA atau soul pada destinasi ini, kita dapat membangun wisata yang berkualitas. Borobudur akan dibangun sebagai eco-cultural heritage and spiritual tourism, sehingga wisatawan asing akan semakin tertarik untuk menikmati keindahannya," jelas Maya.
Event-event yang diadakan di Candi Borobudur memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, dengan peningkatan nilai ekonomi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi di Magelang tercatat sebesar 4,7% dibandingkan tahun sebelumnya berkat pembangunan dan penyelenggaraan event di kawasan tersebut.
Maya juga menegaskan pentingnya koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Ekonomi Kreatif, Kementerian Pariwisata, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, komunitas Buddha, dan sektor swasta, untuk mengembangkan Candi Borobudur.
"Potensi Borobudur sangat besar, dengan jumlah umat Buddha mencapai sekitar 500 juta orang di dunia, sebagian besar berada di Asia. Ini adalah peluang besar untuk menarik wisatawan asing dan meningkatkan devisa negara, serta memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Magelang dan sekitarnya," pungkas Maya.