Tanggul Sungai Tuntang di Grobogan-Demak Tetap Andalkan Tanah: Pertimbangan Pemeliharaan dan Adaptasi Penurunan Tanah

Tanggul Sungai Tuntang yang membentang sepanjang 140 kilometer di wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, hingga saat ini masih setia menggunakan konstruksi tanah. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang, terutama terkait efektivitas pemeliharaan dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang dinamis.

Pelaksana Teknik PPK OP4 Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Herryandi P, menjelaskan bahwa penggunaan tanah sebagai material utama tanggul dinilai lebih selaras dengan alam dan memberikan kemudahan dalam perawatan, terutama dalam menghadapi tantangan penurunan permukaan tanah yang kerap terjadi di wilayah tersebut. "Tuntang ini kan panjang ya hampir 140 kilo, jadi tanggul itu alaminya memang tanah," ujarnya saat meninjau tanggul yang sempat jebol di Desa Kembangan, Kecamatan Bonang, Demak, Kamis (22/5/2025).

Menurut Herryandi, penggunaan material lain yang lebih kokoh justru dapat menimbulkan kesulitan tersendiri dalam pemeliharaan jangka panjang. Kondisi Demak yang rentan terhadap penurunan permukaan tanah menjadi pertimbangan utama. "Kalau memang strukturnya masif itu malah kita agak sulit ya, kalau nanti menyesuaikan kondisi ke depan yang ada karena penurunan tanah itu akan sulit, kalau tanah perlahan kita tinggikan-tinggikan itu masih bisa," imbuhnya.

Meski demikian, bukan berarti opsi penggunaan tanggul beton sepenuhnya tertutup. Herryandi menegaskan bahwa segala kemungkinan akan selalu dipertimbangkan melalui kajian mendalam. Penggunaan struktur masif seperti beton atau sheet pile tentu memerlukan analisis yang cermat. Namun, untuk saat ini, tanggul tanah Sungai Tuntang dianggap sebagai solusi yang paling efektif dan sesuai dengan karakteristik wilayah Demak yang mengalami penurunan permukaan tanah setiap tahunnya. "Bukan tidak memungkinkan, semuanya kan tentu dengan kajiannya, yang mana itu membutuhkan struktur masif seperti beton atau sheet pile, tentu itu dengan kajian," jelasnya.

Efektivitas tanggul tanah Sungai Tuntang yang melintasi Grobogan dan Demak juga menjadi faktor penentu. Herryandi meyakini bahwa dengan kondisi yang ada saat ini, tanggul tanah tetap menjadi pilihan yang paling tepat. "Sebaiknya tanggulnya kalau memang kondisi seperti ini ya tanggulnya tanah," tegasnya.

Diakui bahwa sebagian tanggul Sungai Tuntang memang berada dalam kondisi kritis. Namun, BBWS Pemali Juana berkomitmen untuk melakukan pemeliharaan secara berkala, terutama pada titik-titik yang dianggap paling rawan. "Memang cukup banyak (tanggul kritis), tapi kami dari BBWS berkomitmen tetap secara rutin kita tangani, utamanya yang tanggul-tanggul kritis ya," pungkas Herryandi.

Dengan demikian, keputusan untuk tetap menggunakan tanah sebagai material utama tanggul Sungai Tuntang di Grobogan-Demak bukanlah tanpa alasan. Pertimbangan matang terkait pemeliharaan yang lebih mudah, kemampuan beradaptasi dengan penurunan permukaan tanah, dan efektivitas secara keseluruhan menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan ini.