Perpaduan Genre Bawa Kesegaran Baru dalam Drama Korea Berlatar Sejarah 'The Haunted Palace'
Demam drama Korea (drakor) berlatar sejarah atau sageuk kembali menggeliat dengan hadirnya serial "The Haunted Palace". Serial yang tayang di stasiun televisi SBS dan platform streaming Netflix ini menawarkan angin segar bagi para penikmat drakor, khususnya penggemar genre sageuk.
Popularitas drama sageuk memang mengalami pasang surut. Beberapa judul berhasil mencuri perhatian dan menjadi hits, seperti "The Moon Embracing the Sun", "Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo", dan yang terbaru "The Tale of Lady Ok". Namun, tak sedikit pula yang kurang berhasil memikat hati penonton.
"The Haunted Palace" hadir dengan formula berbeda. Alih-alih hanya menyajikan intrik kerajaan dan kisah cinta klasik, drama ini memadukan elemen sageuk dengan genre lain seperti horor, eksorsisme, dan fantasi. Penonton diajak menyelami atmosfer kerajaan masa lalu yang kental, namun juga disuguhkan dengan kehadiran hantu-hantu khas Asia Timur dan ritual pengusiran setan yang menegangkan. Kombinasi genre yang unik ini terbukti ampuh menarik perhatian penonton dan memberikan pengalaman menonton yang berbeda.
Keberadaan hantu dalam "The Haunted Palace" bukan sekadar pemanis atau pelengkap. Mereka memegang peranan penting dalam alur cerita dan menjadi motor penggerak konflik. Desain karakter hantu yang mencolok dan adegan eksorsisme yang intens semakin menambah daya tarik drama ini.
Tema eksorsisme yang diangkat dalam "The Haunted Palace" tak lepas dari kesuksesan film horor thriller "Exhuma" yang sebelumnya mencuri perhatian publik. Pihak produksi SBS mengakui bahwa ketertarikan masyarakat terhadap shamanisme dan cerita rakyat tradisional setelah "Exhuma" menjadi salah satu alasan dibuatnya "The Haunted Palace". Sebelumnya, genre okultisme dengan tema pengusiran iblis juga telah populer melalui drama seperti "Revenant" dan "The Judge from Hell". Hal ini semakin meyakinkan pihak produksi bahwa genre ini masih memiliki potensi untuk dieksplorasi.
Kritikus budaya Jeong Dok Hyun berpendapat bahwa semakin banyak drama Korea sageuk yang berani bereksperimen dengan ide-ide imajinatif. Hal ini merupakan upaya para produser untuk membedakan diri dari drama-drama sageuk lainnya. Ia juga menilai bahwa penggabungan genre dalam drama sageuk masih efektif untuk menarik perhatian penonton. Oleh karena itu, ia memprediksi akan ada lebih banyak proyek drama sageuk dengan konsep serupa yang akan bermunculan di masa mendatang.
Netflix sendiri baru saja merilis drama "Dear Hongrang" yang juga berlatar era Joseon. Selain itu, KBS juga akan segera menayangkan "The First Night With the Duke" yang juga mengisahkan tentang kehidupan di masa kerajaan. Kedua drama ini menawarkan elemen fantasi yang mungkin tidak terbayangkan bagi orang-orang yang hidup di era tersebut. Namun, dari sudut pandang penonton masa kini, imajinasi yang liar dan kreatif justru menjadi daya tarik utama.
Drama Korea sageuk terus berinovasi dan mencari cara untuk memikat hati penonton. Perpaduan genre dan ide-ide imajinatif menjadi kunci untuk menghadirkan tontonan yang segar dan menarik. "The Haunted Palace" adalah salah satu contoh sukses dari tren ini, dan bukan tidak mungkin akan menginspirasi lebih banyak drama sageuk dengan konsep serupa di masa mendatang.