Fenomena 'Kemarau Basah': Jawa Tengah Dilanda Hujan Deras di Bulan Mei, Ini Penjelasan BMKG
Hujan deras masih terus mengguyur wilayah Jawa Tengah, meskipun kalender telah menunjukkan bulan Mei. Kondisi ini memunculkan fenomena yang disebut sebagai 'kemarau basah', sebuah anomali cuaca yang perlu dipahami lebih dalam.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa situasi ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang belum stabil. Prakirawan BMKG Stasiun Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah, menyatakan bahwa meskipun seharusnya Jawa Tengah sudah memasuki musim kemarau, pola cuaca saat ini masih menyerupai masa pancaroba akibat berbagai faktor atmosferik.
Salah satu pemicu utama kemarau basah ini adalah suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia yang masih hangat. Kondisi ini memicu tingginya penguapan dan pembentukan awan konvektif, yang pada gilirannya menyebabkan curah hujan meningkat. Anomali suhu permukaan laut yang positif, terutama di Laut Jawa, memberikan energi bagi penguapan dan pembentukan awan.
Normalnya, musim kemarau ditandai dengan munculnya siklon tropis di wilayah utara Indonesia, yang membawa cuaca cerah. Namun, hingga saat ini, siklon tersebut belum terbentuk, sehingga hujan masih terus berlanjut. BMKG memprediksi bahwa potensi hujan dengan intensitas bervariasi, dari ringan hingga lebat, masih akan terjadi dalam seminggu ke depan.
Fenomena ini tidak terbatas pada wilayah dataran tinggi saja, tetapi juga melanda berbagai daerah di Jawa Tengah, termasuk wilayah yang mengalami banjir seperti Grobogan dan Demak. BMKG memperingatkan bahwa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan terjadi dalam tiga hari ke depan.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat kondisi cuaca ini. Bencana hidrometeorologi dapat terjadi ketika potensi cuaca buruk masih tinggi, dan dalam beberapa tahun terakhir, musim kemarau terasa sangat singkat atau bahkan tidak terasa sama sekali.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Penyebab: Dinamika atmosfer yang belum stabil, suhu permukaan laut yang hangat.
- Dampak: Potensi bencana hidrometeorologi, banjir di beberapa wilayah.
- Rekomendasi: Masyarakat diimbau untuk tetap waspada.
BMKG terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan informasi terbaru kepada masyarakat. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan sangat penting untuk mengurangi risiko dampak buruk dari cuaca ekstrem.