Nestapa Warga Mendala: Huntara Senilai 1,3 Miliar Kebanjiran Setelah Diresmikan
Hujan deras yang mengguyur Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, pada Kamis (22/5/2025) menyebabkan ratusan warga korban tanah gerak yang baru saja menempati hunian sementara (Huntara) senilai Rp 1,3 miliar kembali mengungsi.
Luapan air dari saluran irigasi dan drainase membanjiri kompleks Huntara yang baru sehari sebelumnya diresmikan oleh Bupati Brebes, Paramitha Widya Kusuma. Sebanyak 130 kepala keluarga yang sebelumnya menghuni tenda pengungsian terpaksa kembali merasakan dampak buruk cuaca ekstrem.
Air bercampur lumpur memasuki sejumlah unit Huntara, terutama di Blok Babakan dan Krajan. Warga panik saat air merembes masuk ke dalam kamar. Banyak yang memutuskan untuk meninggalkan Huntara sementara waktu karena kondisi yang tidak nyaman dan mengkhawatirkan.
"Sore ini kembali ke Krajan, karena di Huntara kebanjiran. Mungkin besok baru bisa dibersihkan," ujar Ahmad, seorang warga Blok Krajan, mengungkapkan kekecewaannya.
Kepala Desa Mendala, Muhammad Basori, membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan bahwa banjir membawa material lumpur dan menyebabkan air masuk ke beberapa unit Huntara. Saluran air yang tersumbat menjadi salah satu penyebab utama banjir.
"Air sampai masuk ke rumah-rumah Huntara. Selokan di situ mampet juga, tapi ini lagi dibersihkan. Termasuk lumpur yang di rumah rumah," kata Muhammad Basori.
Upaya perbaikan drainase terhambat oleh hujan deras yang terus mengguyur. Warga sempat berupaya memperbaiki saluran air, namun hujan deras kembali mengguyur dan memperparah situasi.
Sebelumnya, pada Rabu (21/5/2025), sebanyak 130 kepala keluarga korban tanah gerak di Desa Mendala resmi dipindahkan dari posko pengungsian ke Huntara. Mereka telah tinggal lebih dari satu bulan di tenda pengungsian Gunung Poh, setelah bencana tanah gerak yang dipicu oleh hujan deras sejak pertengahan April 2025.
Bupati Paramitha Widya Kusuma memimpin langsung proses pemindahan warga ke Huntara, yang berupa bangunan semi permanen berukuran 4x5 meter persegi. Pemerintah memberikan bantuan berupa uang tunai Rp 10 ribu per jiwa selama tiga bulan dari Kementerian Sosial, serta bantuan logistik bahan makanan dari para donatur.
Paramitha juga berkomitmen untuk mempercepat proses relokasi ke hunian tetap (Huntap) bagi para korban. Huntara diharapkan dapat menjadi tempat tinggal yang aman dan layak hingga hunian tetap siap.
Huntara di Desa Mendala dibangun dari rangka baja ringan dengan dinding papan kalsibot. Pintu terbuat dari triplek dan lantainya dilapisi semen. Fasilitas umum seperti kamar mandi dan dapur bersama juga disediakan.
Pergerakan tanah pada Kamis (17/4/2025) menyebabkan puluhan rumah warga mengalami kerusakan parah. Ratusan jiwa terpaksa tinggal di posko darurat selama berpekan-pekan.