Dinamika Perang Tarif Global: Harapan dan Tantangan bagi Pasar Saham Indonesia
Pasar Saham Indonesia di Tengah Pusaran Perang Tarif Global
Jakarta - Kabar baik datang dari medan perang tarif global. Tanda-tanda peredaan tensi mulai terlihat, membawa secercah harapan bagi stabilitas ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Namun, bayang-bayang dampaknya masih menghantui, membuat para pelaku pasar tetap waspada.
Samuel Kesuma, Chief Investment Officer – Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), menyoroti bagaimana konflik tarif antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya telah menekan proyeksi pertumbuhan global. Lembaga-lembaga internasional terkemuka seperti OECD, IMF, dan Bank Dunia, terpaksa merevisi turun proyeksi mereka, menggarisbawahi betapa seriusnya dampak perang dagang ini.
"Ancaman stagflasi, stagnasi, bahkan resesi, akan semakin nyata jika tarif tinggi ini terus berlanjut," ujar Samuel, menekankan perlunya solusi segera untuk meredakan ketegangan.
Kabar baiknya, AS dilaporkan telah kembali membuka jalur negosiasi dengan beberapa negara mitra, bahkan berhasil mencapai kesepakatan dengan Inggris. Langkah ini disambut positif oleh pasar keuangan global, termasuk Indonesia, yang merasakan angin segar setelah diterpa badai ketidakpastian.
Menurut Samuel, tekanan jual dari investor asing mulai mereda di pasar saham domestik. Rupiah, yang sempat tertekan oleh sentimen negatif eksternal, kini menunjukkan tanda-tanda stabilitas. Ini adalah sinyal positif yang menunjukkan bahwa pasar mulai percaya pada prospek ekonomi Indonesia.
Namun, tantangan masih ada. Pelaku pasar kini menantikan langkah selanjutnya dari Bank Indonesia (BI), terutama terkait potensi penurunan suku bunga acuan. Kebijakan moneter BI akan menjadi kunci dalam menentukan arah pemulihan ekonomi.
"Indonesia telah berada dalam era suku bunga tinggi sejak akhir 2022. Penurunan suku bunga akan memberikan dorongan likuiditas dan menjadi faktor krusial bagi pemulihan ekonomi," jelas Samuel. Penurunan suku bunga akan memicu investasi dan konsumsi, dua komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Selain kebijakan moneter, belanja pemerintah juga memegang peranan penting. Di tengah perlambatan ekonomi global, percepatan belanja negara diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik.
"Belanja pemerintah dapat menjadi bantalan ekonomi, membantu memutar kembali roda ekonomi nasional," kata Samuel, menekankan pentingnya pemerintah untuk proaktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Samuel juga menyoroti pentingnya kelanjutan negosiasi tarif dagang secara global. Kepastian kebijakan perdagangan akan memberikan kejelasan bagi pasar dan mengurangi ketidakpastian yang selama ini menghantui.
"Kepastian adalah kunci untuk memulihkan kepercayaan investor dan mendorong investasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Samuel menilai bahwa valuasi pasar saham Indonesia saat ini masih menarik bagi investor jangka panjang. Namun, ia mengingatkan pentingnya diversifikasi dan manajemen risiko di tengah tingginya volatilitas pasar.
"Sentimen pasar dapat berubah sewaktu-waktu, baik karena faktor internal maupun eksternal. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan menyeimbangkan portofolio investasi," pungkasnya.
Diversifikasi portofolio dan manajemen risiko yang baik akan membantu investor untuk menghadapi fluktuasi pasar dan mencapai tujuan investasi jangka panjang mereka. Pasar saham Indonesia menawarkan potensi keuntungan yang menarik, tetapi juga memiliki risiko yang perlu dikelola dengan hati-hati.