Inkonsistensi Manchester United: Dominan Lawan Tim Besar, Terpuruk Hadapi Tim Papan Tengah

Inkonsistensi Manchester United: Dominan Lawan Tim Besar, Terpuruk Hadapi Tim Papan Tengah

Manchester United, di bawah asuhan pelatih Ruben Amorim, menampilkan performa yang paradoksal di musim ini. Tim berjuluk Setan Merah tersebut mampu menunjukkan taji dan memberikan perlawanan sengit bahkan meraih kemenangan atas tim-tim papan atas Liga Premier, namun justru tampil mengecewakan dan meraih hasil buruk saat berhadapan dengan tim-tim papan tengah hingga bawah. Fenomena ini terlihat jelas dalam beberapa pertandingan terakhir, termasuk hasil imbang 1-1 melawan Arsenal di Old Trafford pada Minggu, 9 Maret 2025. Meskipun Bruno Fernandes sempat membawa MU unggul, Declan Rice berhasil menyamakan kedudukan bagi The Gunners, membuat Arsenal gagal memangkas jarak dengan Liverpool di puncak klasemen.

Kekalahan ini semakin memperparah posisi MU yang terpuruk di peringkat ke-15 klasemen dengan raihan 34 poin, tertinggal jauh dari Arsenal yang berada di posisi kedua dengan 55 poin, dan jauh lebih tertinggal dari Liverpool yang memuncaki klasemen dengan 70 poin. Ironisnya, MU justru mampu mengimbangi kekuatan Liverpool dan Arsenal, bahkan berhasil mengalahkan Manchester City pada laga-laga sebelumnya. Namun, konsistensi permainan menjadi masalah besar yang harus dipecahkan Amorim.

Amorim sendiri mengakui kesulitan timnya dalam menghadapi tim-tim yang berada di tengah atau bawah klasemen. Ia menganalisis bahwa strategi bertahan yang efektif ketika melawan tim-tim besar, justru menjadi bumerang saat menghadapi tim dengan kekuatan relatif lebih rendah. Ketika menghadapi tim papan atas, MU lebih memilih bermain bertahan dan memanfaatkan serangan balik. Strategi ini terbukti efektif karena mampu meredam serangan lawan dan menciptakan peluang mencetak gol. Namun, ketika menghadapi tim papan tengah atau bawah, MU seringkali mengambil inisiatif menyerang, sebuah pendekatan yang menurut Amorim, tidak optimal mengingat kualitas skuad yang ada.

"Saya tidak yakin apa penyebabnya," ujar Amorim dalam wawancara pasca pertandingan dikutip dari situs resmi MU. "Mungkin ketika melawan tim besar, bermain dengan formasi bertahan lebih efektif. Namun, ketika melawan tim lain, kami harus terus menekan dan menyerang. Inilah yang membuat semuanya menjadi sulit. Terkadang Anda harus terus menyerang, dan itu lebih sulit," tambahnya. Amorim juga menyoroti kualitas pemain yang mungkin belum cukup untuk mendukung gaya permainan menyerang secara konsisten.

Lebih lanjut, Amorim menjelaskan, "Kadang karakteristik pemain tidak mendukung untuk terus menekan. Namun, di klub seperti kami, kami harus terus maju, apa pun yang terjadi. Saya pikir itulah alasan utama inkonsistensi ini." Pernyataan ini menyiratkan bahwa Amorim menyadari adanya kekurangan dalam skuadnya dan perlu melakukan evaluasi lebih lanjut, baik dari segi strategi maupun kualitas pemain, untuk mengatasi masalah inkonsistensi performa Manchester United.

Kesimpulannya, in konsistensi MU menjadi teka-teki yang perlu segera dipecahkan Amorim. Kemampuan untuk bersaing dengan tim besar namun kesulitan menghadapi tim papan tengah dan bawah mencerminkan tantangan besar yang dihadapi tim ini. Langkah-langkah strategis dan perbaikan di dalam tim menjadi kunci untuk membawa MU keluar dari keterpurukan dan meraih hasil yang lebih konsisten di sisa musim ini.