Menelusuri Kekayaan Budaya Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah: Sebuah Eksplorasi Anjungan Sumatera Selatan
Menelusuri Kekayaan Budaya Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah: Sebuah Eksplorasi Anjungan Sumatera Selatan
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) bukanlah sekadar taman hiburan; ia merupakan miniatur Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya. Sebagai bagian dari tugas kuliah Praktik Festival Budaya Nusantara, pada 5 Februari 2024, penulis bersama 13 mahasiswa lainnya melakukan perjalanan edukatif ke TMII, dengan fokus utama pada Anjungan Sumatera Selatan. Perjalanan ini menjadi kesempatan untuk menyelami lebih dalam kekayaan budaya daerah tersebut, menyaksikan secara langsung warisan leluhur yang masih terjaga hingga kini.
Perjalanan dimulai dengan menggunakan layanan shuttle yang disediakan TMII. Dari atas shuttle, kami disuguhi pemandangan beragam anjungan yang mewakili berbagai provinsi di Indonesia. Melihat rumah adat dari Sabang sampai Merauke dalam satu kawasan memberikan perspektif yang luar biasa mengenai keberagaman arsitektur dan budaya nusantara. Setiap anjungan, dengan keunikan bentuk dan ornamennya, menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan.
Anjungan Sumatera Selatan menjadi tujuan utama kami. Rumah Limas, rumah adat khas Palembang, berdiri kokoh dengan arsitektur yang megah dan mencerminkan kejayaan budaya setempat. Dekat dengan rumah adat tersebut, replika Jembatan Ampera, ikon Sumatera Selatan, semakin memperkaya pemandangan. Rumah Limas sendiri menyimpan makna filosofis yang dalam. Struktur bertingkat, yang disebut “kijing”, melambangkan hirarki sosial masyarakat Palembang. Tinggi rendahnya tingkat bangunan merepresentasikan strata sosial, menunjukkan bahwa rumah adat bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga cerminan struktur sosial dan nilai budaya masyarakat.
Di dalam Rumah Limas, kami menemukan interior yang kaya akan ornamen khas Sumatera Selatan. Ukiran kayu yang detail dan berwarna emas menghiasi ruangan-ruangan, mencerminkan kemewahan budaya Palembang. Setiap sudut ruangan memiliki nilai filosofis yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat. Koleksi pakaian adat, termasuk Aesan Gede, busana pengantin khas Palembang dengan dominasi warna emas, menjadi bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan simbol kemewahan serta kebangsawanan yang diwariskan turun-temurun. Pakaian ini bukanlah sekadar busana, melainkan representasi sejarah dan budaya maritim yang kaya.
Selain itu, anjungan ini juga memamerkan berbagai perlengkapan rumah tangga tradisional, alat musik daerah seperti gendang Melayu dan kenong, serta benda-benda bersejarah lainnya yang memperkaya pemahaman kami tentang budaya Sumatera Selatan. Pengalaman tersebut semakin lengkap dengan kesempatan untuk mencicipi kuliner khas Palembang. Pempek, dengan teksturnya yang kenyal dan cuko yang asam pedas, menjadi hidangan yang tak terlupakan. Kami juga mencicipi kuliner lainnya seperti model dan tekwan, yang semuanya berbahan dasar ikan dan memiliki cita rasa unik.
Kunjungan ke Anjungan Sumatera Selatan di TMII lebih dari sekadar wisata biasa. Ini adalah pengalaman edukatif yang membuka mata kami tentang pentingnya melestarikan budaya daerah. Melihat langsung rumah adat, pakaian tradisional, dan mencicipi kuliner khas, semakin mempertegas betapa budaya merupakan identitas bangsa yang harus dijaga kelestariannya. Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya ini, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memperkenalkan budaya daerah kepada dunia. Dengan semakin banyak orang yang mengenal dan mencintai budaya sendiri, warisan leluhur akan tetap lestari hingga masa depan. Perjalanan ini menjadi pengingat berharga bahwa budaya adalah cerminan jati diri bangsa, dan semoga menginspirasi lebih banyak orang untuk mencintai dan melestarikan keberagaman budaya Indonesia.