Gempa Magnitudo 6,3 Guncang Bengkulu, Puluhan Bangunan Rusak

Bengkulu diguncang gempa bumi dengan magnitudo 6,3 pada Jumat (23/5/2025) dini hari, menyebabkan kerusakan signifikan pada puluhan bangunan di wilayah tersebut. Guncangan kuat yang terjadi pada pukul 02.52 WIB itu berpusat 43 kilometer barat daya Bengkulu dengan kedalaman 10 kilometer, membangunkan warga dari tidur dan memicu kepanikan.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Khristian Hermansyah, menyatakan bahwa data sementara menunjukkan 34 bangunan, termasuk rumah dan tempat usaha, mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terpusat di Kota Bengkulu, meliputi Kelurahan Betungan, Pintu Batu, Bumi Ayu, dan beberapa area lain. Pihak berwenang masih melakukan pendataan lebih lanjut untuk menjangkau data kerusakan dari wilayah kabupaten.

Berikut rincian wilayah terdampak di Kota Bengkulu:

  • Kelurahan Betungan
  • Wilayah Pintu Batu
  • Bumi Ayu
  • Beberapa lokasi lainnya

Sejauh ini, tidak ada laporan mengenai korban jiwa akibat gempa ini. BPBD Provinsi Bengkulu, bersama dengan tim gabungan, terus berupaya melakukan pendataan dan memberikan bantuan di lapangan. Gubernur Helmi Hasan juga aktif memantau situasi di berbagai lokasi yang terdampak.

Guncangan gempa yang kuat dirasakan oleh sebagian besar warga Bengkulu. Beberapa warga menggambarkan bagaimana mereka terbangun dari tidur akibat guncangan tersebut, bahkan ada yang mengalami perabotan rumah tangga seperti gelas jatuh dari lemari.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Herwan Antoni melalui Kabid Penanganan Kedaruratan BPBD Provinsi Bengkulu Irvan Mardiansyah mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan waspada terhadap potensi gempa susulan. Masyarakat diminta untuk selalu mengikuti informasi resmi dari sumber-sumber terpercaya seperti BMKG dan BPBD.

Banyak warga Bengkulu yang mengungkapkan kekhawatiran akan terjadinya gempa susulan, mengingat pengalaman serupa pada tahun 2000. Kenangan akan gempa sebelumnya yang terjadi pada malam hari masih membekas di benak masyarakat, sehingga mereka merasa was-was untuk kembali tidur.