Indonesia Berpotensi Jadi Pusat Data dan AI Terdepan di Asia Tenggara

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan utama dalam sektor kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur pusat data di Asia Tenggara. Optimisme ini ditegaskan oleh Nirupa Chander, Senior Vice President Secure Power & Data Center International Region Schneider Electric, dalam sebuah wawancara di sela-sela acara Computex 2025 di Taipei, Taiwan.

"Indonesia saat ini menjadi destinasi investasi utama untuk pusat data di Asia Tenggara," ungkap Nirupa, menyoroti pertumbuhan pesat pengguna digital, komitmen pemerintah terhadap transformasi teknologi, dan meningkatnya kebutuhan akan layanan komputasi dan penyimpanan data. Faktor-faktor ini menjadikan Indonesia sebagai lokasi strategis dalam peta AI dan pusat data global.

Schneider Electric, perusahaan global di bidang manajemen energi dan otomasi, melihat Indonesia sebagai pasar yang sangat penting. Transformasi digital yang pesat di Indonesia diyakini akan memposisikan negara ini sebagai pemain kunci dalam lanskap regional dan global untuk AI dan pusat data.

Perusahaan ini telah hadir di Indonesia selama lebih dari 40 tahun, dengan ribuan karyawan, fasilitas manufaktur, serta jaringan mitra dan pelanggan yang luas. Schneider Electric tidak hanya menyediakan solusi dari luar, tetapi juga berinvestasi dalam pengembangan kapabilitas lokal untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia.

Schneider Electric juga mendukung adopsi teknologi efisiensi energi dan energi terbarukan di sektor industri, komersial, dan kini memperluas fokusnya ke pusat data berbasis AI. Ledakan AI memicu permintaan akan pusat data yang siap AI dan hemat energi. Sektor-sektor seperti perbankan, e-commerce, logistik, startup, dan universitas membutuhkan infrastruktur komputasi yang tangguh, efisien, dan mampu menangani beban kerja AI.

Untuk memenuhi kebutuhan ini, Schneider Electric menawarkan solusi terintegrasi, mulai dari desain modular pusat data, manajemen daya pintar, hingga teknologi pendingin berbasis cairan yang dianggap penting untuk mendukung performa tinggi dan efisiensi energi di era AI. Perusahaan ini ingin menjadi mitra strategis bagi semua pelaku industri di Indonesia, baik untuk pusat data hyperscale maupun edge deployment di luar kota-kota besar.

Namun, pembangunan pusat data di Indonesia juga menghadapi tantangan, termasuk akses daya listrik yang stabil, ketersediaan lahan dengan infrastruktur yang memadai, dan kemampuan pendinginan untuk mendukung server AI yang semakin haus daya.

"AI workloads membutuhkan daya yang sangat tinggi dan menghasilkan panas ekstrem. Solusi pendinginan dan efisiensi energi menjadi semakin penting. Infrastruktur pusat data di Indonesia harus dirancang dengan mempertimbangkan kondisi lokal, termasuk iklim dan tantangan jaringan listrik," jelas Nirupa.

Desain pusat data yang fleksibel, scalable, dan hemat energi akan menjadi kunci pertumbuhan jangka panjang. Diperkirakan sekitar 50 persen komputasi AI akan berpindah ke edge, yaitu pusat data kecil yang lebih dekat dengan pengguna atau perangkat.

Hal ini membuka peluang bagi organisasi seperti universitas, rumah sakit, dan UMKM untuk memanfaatkan AI secara lokal, sehingga membutuhkan solusi yang ringan, fleksibel, dan efisien secara energi. Edge AI membuka peluang pertumbuhan baru infrastruktur digital di luar pusat kota dan skala enterprise.

Schneider Electric menegaskan komitmennya untuk terus mendukung ekosistem pusat data dan AI di Indonesia melalui teknologi, investasi, dan pengembangan sumber daya lokal.

"Kami cukup optimis tentang potensi Indonesia di pusat data dan kami akan terus berinvestasi di sini," tegas Nirupa. Perusahaan ini akan terus menambah investasi, membangun kapabilitas lokal, dan menghadirkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia.