Ancaman Longsor Susulan di Nagreg: Badan Geologi Imbau Warga Waspadai Retakan Tanah

Nagreg dalam Kewaspadaan: Potensi Longsor Susulan Mengintai

Bencana longsor yang melanda Kampung Gunung Batu, Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, pada Minggu malam, 18 Mei 2025, masih menyisakan kekhawatiran. Badan Geologi Republik Indonesia mengeluarkan peringatan dini terkait potensi terjadinya longsor susulan di wilayah tersebut. Pemicu longsor sebelumnya diidentifikasi akibat kombinasi faktor alam, termasuk kemiringan lereng ekstrem, karakteristik tanah pelapukan yang rentan, serta curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan itu.

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, secara tegas mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda-tanda alam yang mengindikasikan potensi longsor. Curah hujan yang masih tinggi menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko longsor susulan. Menurutnya, kondisi topografi di lokasi longsor membentuk struktur mahkota dengan tebing curam setinggi 75 meter. Mengingat kondisi tersebut, Wafid menyarankan agar zona aman dari potensi longsor adalah area dengan radius lebih dari 150 meter atau setara dengan dua kali tinggi tebing.

Mitigasi dan Upaya Pencegahan

Badan Geologi memberikan sejumlah rekomendasi teknis sebagai langkah mitigasi untuk mencegah longsor susulan. Salah satu opsi yang disarankan adalah pemotongan kaki lereng bukit. Namun, Wafid menekankan bahwa tindakan ini harus dilakukan dengan kajian teknis yang matang, karena dapat mengurangi gaya penahan lereng. Tanpa penanganan yang tepat, potensi longsor akan tetap tinggi saat hujan kembali mengguyur.

Selain itu, relokasi rumah-rumah yang mengalami kerusakan parah ke lokasi yang lebih aman menjadi prioritas. Perkuatan lereng pada tebing-tebing yang longsor juga perlu dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah geoteknik yang benar. Warga yang tinggal di daerah rawan longsor disarankan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, terutama saat dan setelah hujan deras.

Penebangan pohon-pohon yang berada di ujung tebing atau mahkota longsor juga menjadi perhatian. Pohon-pohon tersebut berpotensi tumbang dan menimpa rumah-rumah yang berada di bawahnya. Badan Geologi juga merekomendasikan perubahan pola tanam di area perbukitan dengan mengganti tanaman perkebunan dengan tanaman keras yang memiliki akar dalam.

Peran Masyarakat dalam Mitigasi Bencana

Badan Geologi menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam memantau kondisi lingkungan sekitar. Warga diimbau untuk mewaspadai kemunculan retakan tanah di bagian atas lereng atau di sekitar mahkota dan bukit. Retakan yang muncul, terutama jika berbentuk tapal kuda, harus segera ditutup untuk mencegah air masuk dan mempercepat proses longsor.

Sosialisasi kepada masyarakat tentang gerakan tanah dan gejala-gejala awalnya juga dinilai krusial sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana. Pemasangan rambu-rambu rawan longsor di sekitar lokasi terdampak juga disarankan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan warga.

Dampak Longsor dan Penanganan Korban

Longsor yang terjadi pada 18 Mei 2025 lalu telah menyebabkan kerusakan signifikan pada sejumlah rumah dan kantor Desa Nagreg Kendan. Data dari Polsek Nagreg mencatat bahwa 43 warga terpaksa mengungsi. Tiga orang warga mengalami luka-luka dan telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka untuk mendapatkan perawatan medis. Upaya penanganan pengungsi dan pemulihan pasca-bencana terus dilakukan oleh pihak terkait.