Lima Orangutan Kembali ke Hutan Bukit Baka Bukit Raya: Simbol Konservasi dan Keharmonisan Alam
Palangka Raya, Kalimantan Tengah - Lima individu orangutan yang telah menjalani rehabilitasi panjang, kembali menghuni habitat alaminya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Pelepasliaran ini menjadi bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah dan Hari Kebangkitan Nasional, sekaligus menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian orangutan dan ekosistem hutan Kalimantan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (21/5/2025) di Resort Tumbang Hiran, Seksi Pengelolaan Wilayah II Kasongan, TNBBBR, ini merupakan hasil kerja sama antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Balai TNBBBR, Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS), dan berbagai mitra konservasi lainnya. Kelima orangutan tersebut terdiri dari tiga betina dan dua jantan, masing-masing dengan kisah unik yang mewarnai perjalanan mereka kembali ke alam bebas.
Andi Muhammad Kadhafi, Kepala BKSDA Kalteng, menyampaikan bahwa kelima orangutan ini telah melalui proses rehabilitasi yang komprehensif di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. “Setelah melalui serangkaian tahapan, mereka dinyatakan siap untuk hidup mandiri di habitat aslinya,” ujarnya.
Kisah Perjalanan Menuju Kebebasan
Setiap orangutan memiliki latar belakang yang berbeda, namun semuanya memiliki semangat untuk kembali ke alam liar:
- Jumbo, orangutan jantan berusia 12 tahun, diselamatkan dari Desa Hanau ketika masih bayi berusia enam bulan. Setelah menghabiskan 11 tahun di pusat rehabilitasi, Jumbo kini dikenal sebagai individu yang mandiri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
- Rongda, betina tangguh berusia 25 tahun, merupakan hasil repatriasi dari Thailand. Rongda telah menjalani rehabilitasi selama 19 tahun sebelum akhirnya dapat kembali ke hutan Kalimantan.
- Hanau, betina berusia 18 tahun, sebelumnya dipelihara secara ilegal. Selama masa pra-pelepasliaran, Hanau menunjukkan kemampuan eksplorasi yang baik dan terampil dalam mencari pakan alami.
Persada Agussetia Sitepu, Kepala Balai TNBBBR, menekankan pentingnya peran orangutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Orangutan merupakan spesies kunci yang membantu menyebarkan biji-bijian dan menjaga keanekaragaman hayati hutan Kalimantan.
“Pelepasliaran ini adalah bagian dari upaya pemulihan ekologis yang lebih besar, sekaligus menjadi pengingat bahwa kawasan konservasi bukan hanya tempat berlindung bagi satwa liar, tetapi juga ruang untuk belajar dan merenungkan hubungan antara manusia dan alam,” kata Persada.
TNBBBR sebagai benteng terakhir bagi kelangsungan hidup orangutan dan keanekaragaman hayati Kalimantan, diharapkan dapat terus dijaga kelestariannya. Pelepasliaran ini menjadi simbol komitmen bersama untuk menjaga warisan alam ini bagi generasi mendatang.