Hujan Ekstrem Picu Banjir dan Longsor di Bogor dan Bekasi: Analisis BMKG Ungkap Faktor Cuaca
Hujan Ekstrem Picu Bencana di Bogor dan Bekasi: Analisis BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung merilis analisis mendalam terkait bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah Bogor dan Bekasi pada Senin, 3 Maret 2025. Analisis ini mengungkap peran cuaca ekstrem sebagai pemicu utama peristiwa tersebut, ditandai dengan curah hujan yang sangat tinggi dan kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan konvektif signifikan.
Di wilayah Bogor, data BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi mencapai 190,6 mm/hari di Pos Hujan ARG Katulampa, dikategorikan sebagai hujan ekstrem. Sementara itu, curah hujan terendah tercatat di Pos Hujan ARG Cikasungka, yakni 41,4 mm/hari, yang masih masuk kategori hujan lebat. Kepala BMKG Stasiun Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini. Aktivitas gelombang atmosfer tipe Rossby Ekuator di Jawa Barat, anomali suhu permukaan laut yang hangat di perairan Indonesia, dan kelembapan udara tinggi (60-98%) di lapisan 850-500 mb menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan awan konvektif.
Lebih lanjut, Teguh Rahayu menjelaskan peran sirkulasi siklonik di barat Pulau Sumatera dan Borneo Vortex di Kalimantan. Kedua sistem cuaca ini, meskipun tidak langsung, berkontribusi pada terbentuknya area netral di Laut Jawa dan konfluensi (pertemuan angin) di sebagian Jawa Barat. Kondisi ini, dikombinasikan dengan labilitas atmosfer yang ringan hingga kuat, meningkatkan potensi pembentukan awan konvektif yang signifikan. Analisis citra radar menunjukkan pertumbuhan cepat awan konvektif di Bogor sekitar pukul 13.13 WIB, mencapai fase matang pada pukul 13.37 WIB, dan meluas ke wilayah lain. Awan ini menghasilkan hujan dengan durasi panjang, disertai kilat, petir, dan angin kencang yang berlangsung hingga dini hari.
Di Kabupaten Bekasi, pola cuaca serupa teramati. Awan konvektif muncul pada pukul 12.02 WIB dan berkembang menjadi fase matang pada pukul 12.25 WIB, menyebabkan hujan lebat yang berlangsung hingga dini hari. Intensitas hujan yang tinggi ini mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah. Reflektivitas maksimum awan di kedua wilayah (Bogor dan Bekasi) mencapai rentang 35-55 dbz (Bogor) dan 35-50 dbz (Bekasi), mengindikasikan hujan lebat dengan durasi lama. Berdasarkan data BPBD Jawa Barat, dampak bencana ini cukup signifikan:
- Kabupaten Bogor:
- Banjir di Desa Kelurahan Situsari, Kecamatan Cileungsi, berdampak pada 1.627 jiwa dan satu fasilitas umum terendam.
- Tanah longsor di beberapa titik, antara lain di Desa Kelurahan Cimandala (satu bangunan dan fasilitas umum terdampak), Desa Kelurahan Tugu Selatan (lima jiwa terdampak), Desa Kelurahan Gunung Batu (10 jiwa terdampak), Desa Kelurahan Babakan Pasar (21 jiwa terdampak, 21 jiwa mengungsi), dan Desa Kelurahan Empang (tiga jiwa terdampak).
- Longsor di Desa Kelurahan Sukasari mengakibatkan lima jiwa terdampak.
- Kabupaten Bekasi:
- Banjir di Desa Kelurahan Satriajaya, Desa Kelurahan Karangsatria, Desa Kelurahan Sriamur, dan Desa Kelurahan Satriamekar, Kecamatan Tambun Utara, merendam 148 rumah.
Kesimpulannya, peristiwa banjir dan longsor di Bogor dan Bekasi merupakan dampak langsung dari hujan ekstrem yang disebabkan oleh interaksi berbagai faktor meteorologi. BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana serupa di masa mendatang, mengingat kondisi iklim yang semakin dinamis.