Blitar Selatan Berpotensi Jadi Pusat Industri Petrokimia Terintegrasi

Blitar Selatan Berpotensi Jadi Pusat Industri Petrokimia Terintegrasi

Seorang tokoh industri migas, Mohamad Toha, menggagas pembangunan kompleks industri terpadu yang terdiri dari kilang minyak dan petrokimia di pesisir selatan Blitar, Jawa Timur. Proyek ambisius ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi perekonomian daerah dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor produk petrokimia.

Gagasan ini telah diusung sejak 15 tahun lalu, proyek dengan nilai investasi yang diperkirakan mencapai Rp 200 triliun ini terus dimatangkan. Toha, yang memiliki pengalaman dua dekade dalam proyek EPC migas dan petrokimia, meyakini bahwa proyek ini layak untuk direalisasikan.

Untuk mewujudkan visinya, pada tahun 2019, Toha mendirikan PT Blitar Putra Energi (BPE) dengan menggandeng beberapa tokoh, termasuk pensiunan perwira tinggi TNI. Perusahaan ini bertindak sebagai kendaraan untuk merealisasikan proyek yang dianggap strategis bagi kepentingan nasional.

Dalam tiga tahun terakhir, BPE aktif menjalin komunikasi dengan calon investor dari berbagai negara. Pada November 2024, pertemuan dengan tim calon investor difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuwait. Sebelumnya, pada Maret 2022, perwakilan calon investor dari Uni Emirat Arab (UEA) telah melakukan survei lokasi di Pantai Peh Pulo, Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, yang direncanakan sebagai lokasi kompleks industri.

Alasan Pemilihan Lokasi dan Dampak Ekonomi

Alasan utama pembangunan kompleks industri ini di Blitar selatan adalah potensi untuk meningkatkan perekonomian daerah secara signifikan. Kilang minyak dengan kapasitas 300.000 barel per hari dan industri petrokimia berkapasitas 8 juta ton per tahun diperkirakan akan menyerap lebih dari 2.000 tenaga kerja. Selama masa konstruksi, proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja bagi 20.000 orang.

Selain itu, proyek ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah, BBM, dan bahan plastik. Saat ini, Indonesia mengimpor sekitar 800.000 barel minyak mentah dan BBM per hari, serta sekitar 3.000.000 ton bahan plastik per tahun. Kilang minyak ini akan berkontribusi pada pengurangan impor minyak mentah dan BBM, sementara industri petrokimia akan memenuhi kebutuhan bahan plastik dalam negeri.

Integrasi kilang minyak dan industri petrokimia di satu lokasi akan meningkatkan efisiensi. Industri petrokimia menggunakan nafta, produk olahan minyak mentah, sebagai bahan baku utama. Dengan berlokasi berdekatan, biaya transportasi dan logistik dapat ditekan.

Produk yang dihasilkan dari industri petrokimia ini meliputi:

  • Ethylene
  • Polyethylene
  • Poly Propilene
  • PA-Resine
  • Produk lainnya.

Keunggulan Lokasi Pesisir Selatan Blitar

Pantai Peh Pulo dipilih karena memiliki kedalaman laut yang memadai, mencapai 50 meter pada jarak 100 meter dari garis pantai. Gugusan pulau kecil di sekitar pantai juga dapat berfungsi sebagai pemecah gelombang dan lokasi pendukung pelabuhan dan kilang minyak.

Infrastruktur ini penting karena kapal tanker minyak membutuhkan kedalaman minimal 30 meter untuk bersandar. Pantai Peh Pulo memiliki panjang garis pantai sekitar 5 kilometer dan area daratan seluas 1.500 hektar yang dapat digunakan untuk membangun kompleks industri petrokimia dan fasilitas pendukung lainnya.

Lokasi ini juga strategis untuk perdagangan ekspor-impor karena berada di pesisir selatan Jawa, yang memiliki jangkauan lebih efisien ke berbagai negara dibandingkan dengan pesisir utara. Hal ini penting karena minyak mentah akan diimpor dari negara-negara penghasil minyak, dan sebagian produk petrokimia akan diekspor.

Dukungan Pemerintah dan Prospek Proyek

Toha mengklaim bahwa proposal proyek ini telah dikomunikasikan kepada pemerintah daerah dan pusat. Pemerintah Kabupaten Blitar telah memberikan izin lokasi. Ia juga telah menyampaikan proposal ini kepada Gubernur Jawa Timur dan pemerintah pusat, termasuk Kementerian ESDM.

Dukungan pemerintah pusat, termasuk penetapan sebagai proyek strategis nasional (PSN), akan sangat membantu dalam mempercepat realisasi proyek ini. Pembangunan kilang minyak dan industri petrokimia oleh swasta juga didukung oleh payung hukum yang kuat.

Dengan pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang hampir selesai, aksesibilitas ke lokasi proyek semakin meningkat. PT BPE juga telah membeli lahan di Pantai Peh Pulo sebagai kantor lapangan, menunjukkan keseriusan mereka dalam mewujudkan proyek ini.