Hinca Pandjaitan Soroti Pernyataan Ketua MA Terkait Standar Hakim

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Hinca IP Pandjaitan, menyampaikan kritik terhadap pernyataan Ketua Mahkamah Agung (MA), Sunarto, mengenai standar perilaku hakim. Pernyataan Sunarto yang menyebut hakim bukanlah malaikat, melainkan manusia biasa yang bisa berbuat salah, dinilai Hinca berpotensi menurunkan ekspektasi terhadap integritas dan moralitas para hakim.

Menurut Hinca, pernyataan tersebut seolah menggeser pandangan ideal tentang hakim sebagai representasi Tuhan di bumi menjadi sekadar sosok yang "jangan jadi setan". Hinca khawatir pergeseran ini dapat mereduksi kewibawaan hakim dan membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh kepentingan duniawi.

"Saya merasa tidak sepenuhnya sepakat dengan pernyataan Ketua MA. Mengibaratkan hakim bukan malaikat, seakan-akan standar 'wakil Tuhan di bumi' dapat direduksi menjadi sekadar 'jangan jadi setan'. Pergeseran ini dapat menyeret hakim dari takhta tinggi representasi ilahi ke tanah datar manusiawi," ujar Hinca.

Hinca menambahkan, hakim seharusnya menjadi panutan dan penegak keadilan yang teguh, layaknya lilin yang menerangi kegelapan. Ia menekankan bahwa hakim tidak boleh ikut terpengaruh oleh kegelapan di sekitarnya, melainkan harus tetap memancarkan cahaya kebenaran.

Lebih lanjut, Hinca menegaskan bahwa tidak ada yang namanya "oknum hakim". Menurutnya, seorang hakim yang melakukan pelanggaran sudah tidak dapat lagi disebut sebagai hakim, karena kata "hakim" itu sendiri mengandung makna kesatuan antara manusia, nilai-nilai luhur, dan mandat ketuhanan.

"Jika ada oknum polisi, oknum jaksa, atau oknum advokat, maka harus saya katakan tidak ada oknum hakim. Jika ada hakim yang melenceng, dia bukan hakim. Kata 'hakim' mengandaikan kesatuan utuh antara manusia, nilai, dan mandat ketuhanan," tegas Hinca.

Meski memahami kekecewaan Ketua MA terhadap perilaku sebagian hakim, Hinca mengingatkan agar Sunarto berhati-hati dalam memberikan toleransi baru melalui narasi bahwa hakim bukanlah malaikat. Ia khawatir narasi ini dapat menjadi justifikasi bagi hakim untuk bersikap permisif terhadap kelemahan diri sendiri.

"Ketua MA boleh saja kecewa dengan perilaku sebagian anak buahnya, tetapi kehati-hatian ekstra dibutuhkan sebelum membuka pintu toleransi baru lewat narasi 'ah, kita kan bukan malaikat'. Kalimat sederhana ini berpotensi menjelma menjadi jalan pintas psikologis yang melonggarkan tali moral semua hakim," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua MA Sunarto menyampaikan pernyataan kontroversial mengenai kondisi hakim di Indonesia. Ia menyatakan bahwa hakim bukanlah malaikat, namun juga tidak boleh menjadi setan. Pernyataan ini memicu berbagai reaksi, termasuk kritik dari Hinca Pandjaitan yang menilai pernyataan tersebut dapat menurunkan standar moral hakim.

Berikut adalah poin-poin penting dari pernyataan Hinca Pandjaitan:

  • Pernyataan Ketua MA tentang hakim bukan malaikat dinilai berpotensi menurunkan standar integritas hakim.
  • Hakim seharusnya menjadi representasi Tuhan di bumi, bukan sekadar sosok yang "jangan jadi setan".
  • Tidak ada yang namanya "oknum hakim", hakim yang melanggar sudah tidak dapat disebut hakim.
  • Ketua MA perlu berhati-hati dalam memberikan toleransi baru melalui narasi bahwa hakim bukanlah malaikat.