Batasan Usia Jadi Penghalang Utama Pencari Kerja di Job Fair Kemnaker
Diskriminasi Usia Hantui Bursa Kerja: Pelamar Berusia 30-an Sulit Temukan Peluang
Bursa kerja, yang seharusnya menjadi jembatan antara pencari kerja dan perusahaan, ternyata masih menyimpan tantangan tersembunyi: diskriminasi usia. Banyak pelamar kerja, bahkan mereka yang baru memasuki usia 30-an, merasa kesulitan menemukan posisi yang sesuai karena adanya batasan usia yang diterapkan oleh sebagian perusahaan. Fenomena ini terungkap dalam Job Fair yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), di mana sejumlah pencari kerja mengeluhkan sulitnya menembus persyaratan usia yang ketat.
Wulan (30), seorang pelamar kerja yang hadir di Job Fair Kemnaker, mengungkapkan kekecewaannya. Ia menuturkan bahwa sebagian besar perusahaan yang membuka lowongan lebih memprioritaskan kandidat berusia muda, bahkan lulusan baru (fresh graduate). "Usia 30 saja susah banget, susah banget cari lowongan kerja," ujarnya. Wulan awalnya berharap dapat menemukan pekerjaan baru di Job Fair tersebut karena perusahaan tempatnya bekerja saat ini akan memindahkan kantor ke lokasi yang lebih jauh. Namun, harapannya pupus ketika mengetahui bahwa banyak lowongan yang ternyata memiliki batasan usia. Meskipun tidak ada informasi tertulis mengenai batasan usia di setiap stan perusahaan, Wulan menemukan fakta tersebut saat bertanya langsung kepada petugas.
Pengalaman serupa juga dialami oleh Ari (40), seorang pencari kerja asal Bekasi. Setelah kontrak kerjanya berakhir, Ari memanfaatkan Job Fair Kemnaker untuk mencari pekerjaan baru. Ia bahkan mengikuti walk-in interview dengan salah satu perusahaan. Namun, Ari merasa kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pengalamannya karena batasan usia yang masih diterapkan. Ari mempertanyakan implikasi dari batasan usia tersebut, "Itu yang usia 40 tahun berarti nggak bisa untuk bekerja di mana-mana dong. Kalau misalkan nggak ada batasan usia kan kita bisa menghasilkan kerjaan kan," ungkapnya. Ia berpendapat bahwa pekerja yang lebih tua justru memiliki semangat kerja yang tinggi dan cenderung lebih loyal terhadap perusahaan.
Riani (45), seorang pencari kerja asal Jakarta Barat, juga merasakan dampak dari batasan usia dalam mencari pekerjaan. Ia mengungkapkan bahwa pengalamannya selama lebih dari 10 tahun di berbagai bidang, seperti pramusaji, pergudangan, hingga marketing, seolah tidak berarti karena usianya. Kondisi ini membuatnya merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan formal yang sesuai dengan keahliannya. "Saya sebenarnya ingin di bagian administrasi lagi, kalau nggak data entry. Cuma ya karena mengingat umur saya sudah segitu, ya apa saja deh," katanya.
Kisah-kisah ini menjadi bukti nyata bahwa diskriminasi usia masih menjadi masalah serius di dunia kerja. Batasan usia yang diterapkan oleh sebagian perusahaan tidak hanya merugikan para pencari kerja yang lebih tua, tetapi juga berpotensi menghambat produktivitas dan inovasi perusahaan. Perusahaan yang hanya fokus pada kandidat muda mungkin kehilangan potensi dari pekerja berpengalaman yang memiliki keahlian dan dedikasi yang tinggi.
Berikut adalah poin-poin yang menggaris bawahi permasalahan ini:
- Diskriminasi Usia: Batasan usia dalam rekrutmen masih menjadi penghalang bagi pencari kerja yang lebih tua.
- Kesulitan Mencari Kerja: Pelamar berusia 30-an hingga 40-an merasa kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai karena batasan usia.
- Pengalaman Tidak Dihargai: Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pelamar yang lebih tua seringkali tidak menjadi pertimbangan utama.
- Potensi Hilang: Perusahaan berpotensi kehilangan pekerja berpengalaman dan berdedikasi karena fokus pada kandidat muda.
Diskriminasi usia bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sosial yang perlu diatasi bersama. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan menghargai keberagaman usia.