Inisiatif Warga Pringsewu Perbaiki Jalan Rusak: Respon Cepat Warga Hadapi Kemacetan dan Ketidakpedulian Pemerintah
Inisiatif Warga Pringsewu Perbaiki Jalan Rusak: Respon Cepat Warga Hadapi Kemacetan dan Ketidakpedulian Pemerintah
Kondisi jalan lintas barat (Jalinbar) Sumatera di Kabupaten Pringsewu, Lampung, yang rusak parah dan dibiarkan berlubang selama berminggu-minggu, akhirnya mendapat penanganan dari warga setempat. Keengganan pemerintah daerah untuk bertindak cepat mendorong sekelompok pemuda, tergabung dalam organisasi Pemuda Pringsewu Bersatu (Rakyat), untuk mengambil inisiatif memperbaiki jalan secara swadaya. Aksi mereka yang dimulai pada awal Maret 2025 ini, terekam dalam sebuah video viral di media sosial, memperlihatkan semangat gotong royong memperbaiki jalan yang rusak tersebut.
Video tersebut memperlihatkan para pemuda yang dengan penuh semangat menambal lubang jalan menggunakan material yang didapat dari donasi masyarakat. Tampak spanduk bertuliskan “Sedang ada perbaikan jalan oleh rakyat” dipasang di atas mobil bak terbuka yang digunakan sebagai tempat penyimpanan material. Erika Widiastuti, salah satu inisiator kegiatan ini, menjelaskan bahwa aksi tersebut dilatarbelakangi keprihatinan atas tingginya angka kecelakaan lalu lintas di jalur tersebut. Ia mencatat setidaknya sepuluh kecelakaan terjadi dalam sebulan terakhir, beberapa di antaranya mengakibatkan korban jiwa. Kecelakaan-kecelakaan tersebut sebagian besar melibatkan pengendara sepeda motor yang terjatuh akibat jalan berlubang atau tertabrak saat berusaha menghindari lubang.
Kondisi jalan yang buruk, terutama di perbatasan Pringsewu-Pesawaran yang minim penerangan jalan, semakin meningkatkan risiko kecelakaan. Kekhawatiran akan meningkatnya angka kecelakaan selama musim mudik Lebaran menjadi pemicu utama aksi swadaya ini. Erika menyatakan bahwa lambannya respons pemerintah yang hanya memberikan jawaban “sedang dikoordinasikan” tanpa tindakan nyata menjadi pemicu utama aksi ini. Kekecewaan atas ketidakpedulian pemerintah terhadap keselamatan warga mendorong warga untuk bertindak.
Hingga kini, puluhan lubang jalan di sepanjang jalur tersebut, baik jalan nasional maupun jalan kabupaten, telah ditambal oleh para pemuda. Meskipun tidak memiliki catatan pasti jumlah titik lubang yang ditangani, Erika menjelaskan bahwa mereka berkeliling dan langsung menambal setiap lubang yang dijumpai, dengan diameter lubang bervariasi, bahkan mencapai lebih dari 30 sentimeter dan kedalaman yang berbeda-beda.
Menanggapi aksi warga, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Lampung, Susan Novelia, menyampaikan apresiasi atas inisiatif tersebut. Namun, ia juga menjelaskan keterlambatan perbaikan jalan disebabkan oleh proses administrasi pembukaan blokir Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2025 yang baru selesai. Selain itu, anggaran perbaikan jalan dan jembatan juga mengalami efisiensi hingga Rp 400 miliar, sehingga anggaran BPJN Lampung hanya tersisa Rp 82,6 miliar yang dialokasikan untuk pemeliharaan rutin jalan sepanjang 1.298 kilometer di seluruh jalan nasional Provinsi Lampung.
Meskipun mendapat apresiasi, tindakan pemerintah dinilai masih jauh dari kata cukup. Aksi warga ini menjadi sorotan dan mempertanyakan efektifitas kinerja pemerintah daerah dalam hal pemeliharaan infrastruktur publik, terutama jalan raya yang merupakan akses vital bagi masyarakat.
Kesimpulan: Aksi swadaya warga Pringsewu dalam memperbaiki jalan rusak menjadi cerminan kekecewaan dan sekaligus inisiatif proaktif masyarakat dalam menghadapi lambannya respons pemerintah. Kejadian ini menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk meningkatkan responsivitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran serta pemeliharaan infrastruktur publik demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat.