Wukuf di Arafah: Esensi Ibadah Haji yang Tak Boleh Terlewatkan
Puncak ibadah haji 2025 semakin dekat, dan persiapan matang terus dilakukan untuk memastikan kelancaran dan kekhusyukan seluruh rangkaian ibadah. Di tengah persiapan tersebut, seruan penting disampaikan kepada seluruh jemaah haji Indonesia, khususnya terkait dengan momen krusial wukuf di Arafah.
Mustasyar Diniy PPIH Arab Saudi, KH. Moqsith Ghazali, menekankan pentingnya memanfaatkan sebaik mungkin momen wukuf di Arafah. Beliau mengingatkan bahwa wukuf merupakan inti dari ibadah haji, sebuah rukun yang tak tergantikan. Tanpa wukuf, ibadah haji dianggap tidak sah. Pernyataan ini bukan sekadar formalitas, melainkan penegasan akan makna spiritual dan historis Arafah dalam perjalanan seorang Muslim menuju kesempurnaan ibadah.
Makna Mendalam Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah bukan sekadar berkumpul di sebuah padang. Ia adalah momentum refleksi diri, pengakuan dosa, dan permohonan ampunan. Nabi Muhammad SAW sendiri menyebut bahwa doa terbaik adalah yang dipanjatkan di Arafah. Karena itu, jemaah haji diimbau untuk memperbanyak doa, memohon kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan seluruh umat manusia.
Kementerian Agama RI (Kemenag) telah mengambil langkah antisipatif dengan menyediakan fasilitas safari wukuf bagi jemaah yang sakit atau lanjut usia. Hal ini menunjukkan betapa vitalnya kehadiran di Arafah, bahkan dalam kondisi yang serba terbatas. Upaya ini mencerminkan komitmen untuk memastikan setiap jemaah dapat merasakan keberkahan Arafah.
Arafah dalam Lensa Sejarah dan Spiritual
Secara historis, Arafah memiliki tempat istimewa. Ulama menuturkan bahwa Arafah adalah tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Hawa setelah berpisah. Selain itu, Arafah juga menjadi saksi bisu pengenalan manasik haji oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS. Nama Arafah sendiri berasal dari kata ta'aruf (saling mengenal) atau arafta (sudah tahu), yang mengisyaratkan kedalaman makna spiritual di balik tempat ini.
Menariknya, Arafah adalah satu-satunya lokasi ritual haji yang berada di luar kawasan Tanah Haram. Meskipun demikian, Arafah justru menjadi puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Di sinilah jemaah memfokuskan diri pada doa dan perenungan, tanpa disibukkan dengan aktivitas fisik lainnya.
Adab Ihram dan Kekhusyukan Doa
Selama wukuf, jemaah diwajibkan untuk tetap menjaga adab ihram. Larangan-larangan ihram, seperti memotong kuku, memakai pakaian berjahit, dan membunuh binatang, tetap berlaku. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian diri dan kekhusyukan ibadah.
KH Moqsith Ghazali berpesan agar jemaah memanfaatkan waktu wukuf untuk berdoa yang baik-baik. Doakan rezeki yang halal, anak yang saleh, kesehatan, dan kebaikan lainnya. Hindari doa yang buruk, apalagi yang bersifat melaknat. Arafah adalah momen istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampunan, dan memanjatkan harapan.
Wukuf di Arafah adalah kesempatan emas bagi setiap jemaah haji untuk membersihkan diri dari dosa, memperbarui niat, dan memohon ridha Allah SWT. Dengan memahami makna dan sejarah Arafah, serta menjaga adab ihram selama wukuf, diharapkan jemaah dapat meraih haji mabrur dan membawa pulang keberkahan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.