Tragedi Ledakan Amunisi di Garut: Perdebatan Sengit Warnai Detik-Detik Terakhir Sebelum Bencana
Tragedi ledakan amunisi di Garut yang merenggut 13 nyawa pada Senin, 17 Mei 2025 lalu, menyisakan sejumlah fakta yang terungkap. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyoroti adanya perdebatan krusial antara Komandan Gudang Pusat Amunisi (Gupusmu) III Bandung, Kolonel Antonius Hermawan, dan koordinator pekerja sipil bernama Rustiawan, sesaat sebelum ledakan dahsyat terjadi.
Anggota Komnas HAM, Uli Parulian Sihombing, mengungkapkan dalam konferensi pers di Jakarta bahwa perdebatan tersebut berpusat pada penanganan detonator, atau pemicu sisa amunisi yang sudah tidak layak pakai. Rustiawan, seorang warga sipil yang telah berpengalaman selama kurang lebih 10 tahun dalam pemusnahan amunisi TNI dan Polri, terlibat dalam diskusi alot mengenai metode yang akan digunakan.
Praktik standar yang lazim digunakan adalah menenggelamkan detonator sisa ke dasar laut untuk mempercepat proses disfungsi. Namun, pada hari nahas itu, diputuskan untuk menggunakan metode alternatif, yaitu menimbun detonator dengan campuran urea. Proses ini melibatkan para korban yang bertugas menurunkan sisa detonator ke dalam drum, yang kemudian akan diturunkan ke lubang yang telah disiapkan. Tragisnya, saat proses penurunan berlangsung, drum berisi detonator tersebut tiba-tiba meledak dengan kekuatan dahsyat.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana telah memberikan keterangan mengenai kronologi kejadian. Menurutnya, pada pukul 09.30 WIB, jajaran Gupusmu dan Pusat Peralatan TNI AD telah melakukan pengecekan prosedur dan lokasi, serta memastikan bahwa semuanya dalam keadaan aman. Tim penyusun amunisi dari TNI AD kemudian mempersiapkan pemusnahan di dua lubang sumur yang telah disiapkan, dan peledakan amunisi afkir di kedua sumur tersebut berhasil dilakukan dengan aman.
Namun, terdapat satu lubang sumur lain yang diperuntukkan khusus untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator dari amunisi yang tidak layak pakai. Saat tim penyusun amunisi sedang menyusun detonator di dalam lubang tersebut, ledakan tiba-tiba terjadi, merenggut nyawa 13 orang. TNI mengonfirmasi bahwa 13 korban tewas terdiri dari 9 warga sipil dan 4 personel TNI. Keluarga korban mengklaim bahwa warga sipil tersebut dipekerjakan oleh TNI untuk membantu proses pemusnahan, namun pihak TNI masih melakukan investigasi mendalam untuk mengklarifikasi hal ini.
- Kronologi Kejadian:
- Pukul 09.30 WIB: Pengecekan prosedur dan lokasi oleh Gupusmu dan Pusat Peralatan TNI AD.
- Persiapan pemusnahan di dua lubang sumur oleh tim penyusun amunisi TNI AD.
- Peledakan amunisi afkir di dua sumur berhasil dilakukan dengan aman.
- Penyusunan detonator di lubang sumur khusus.
- Ledakan terjadi saat penyusunan detonator, mengakibatkan 13 korban tewas.
Kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap penyebab pasti ledakan dan memastikan bahwa prosedur keselamatan telah dipatuhi dengan benar.