Bencana Longsor Landa Tembagapura, Akses dan Lahan Pertanian Warga Terisolasi

Hujan deras yang mengguyur Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, sejak 16 Mei 2025, mengakibatkan bencana longsor yang melanda enam kampung. Bencana ini tidak hanya mengisolasi warga, tetapi juga menghancurkan lahan pertanian yang menjadi sumber utama mata pencaharian mereka.

Enam kampung yang terdampak longsor adalah Tsinga, Doliningokin, Beanekogom, Jongkogomo, Miniponogoma, dan Nosolanop. Menurut Kepala Distrik Tembagapura, Thobias Yawame, curah hujan ekstrem menjadi penyebab utama terjadinya longsor yang berlangsung selama empat hari berturut-turut.

"Longsor ini terjadi di enam kampung di Distrik Tembagapura akibat intensitas hujan yang sangat tinggi," ungkap Thobias, Jumat (23/5/2025).

Meski tidak ada laporan korban jiwa, longsor telah menyebabkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian warga. Material longsor menimbun kebun-kebun yang menjadi sumber pangan dan pendapatan utama masyarakat setempat.

"Saat ini, warga di enam kampung sangat membutuhkan bantuan bahan makanan, karena sebagian besar lahan dan kebun mereka tertimbun longsor," imbuh Thobias.

Thobias juga mengharapkan adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, PT Freeport Indonesia, dan organisasi lainnya, untuk membantu memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat selama masa pemulihan.

"Kami sangat berharap permohonan bantuan ini dapat segera terealisasi, sehingga dapat meringankan beban masyarakat yang terdampak longsor di enam kampung di Distrik Tembagapura," tuturnya.

Selain kerusakan lahan pertanian, longsor juga menyebabkan terputusnya akses jalan antar kampung, termasuk jalur-jalur penghubung vital. Kondisi ini melumpuhkan aktivitas masyarakat sehari-hari.

Anggota DPR Provinsi Papua Tengah, Peanus Uamang, menjelaskan bahwa jalan-jalan utama penghubung antar kampung tidak dapat dilalui, baik oleh kendaraan maupun pejalan kaki.

"Material longsor dan banjir menimbun jalan-jalan tersebut, menyebabkan mobilitas warga benar-benar terhenti," jelas Peanus.

Selain akses jalan yang terputus, bencana longsor juga mengakibatkan kerusakan pada tanaman pertanian, kebun warga, pagar kampung, dan jembatan sungai milik masyarakat.

Peanus mendesak pemerintah dari tingkat kampung, distrik, hingga pemerintah daerah untuk segera mengambil tindakan cepat dalam menanggulangi dampak longsor di enam kampung tersebut.

Berikut adalah dampak yang dirasakan warga:

  • Akses ke kebun terputus
  • Akses ke sekolah terputus
  • Akses ke fasilitas kesehatan terputus
  • Mobilitas antar-kampung tidak dapat berjalan