Bulog Serap Gabah Petani dengan Anggaran Rp 15,15 Triliun, Stok Beras Nasional Diklaim Tertinggi dalam 57 Tahun

Perum Bulog telah mengucurkan dana sebesar Rp 15,15 triliun untuk menyerap gabah dari petani di seluruh Indonesia. Angka ini setara dengan 91% dari total alokasi anggaran yang diberikan pemerintah, yaitu sebesar Rp 16,58 triliun.

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, mengungkapkan bahwa Bulog telah ditetapkan sebagai operator investasi pemerintah pada tahun 2025 dan menerima alokasi anggaran Rp 16,58 triliun khusus untuk pengadaan beras. Tugas utama Bulog adalah menyerap hasil panen petani sebanyak 3 juta ton setara beras. Hingga pertengahan Mei 2025, Bulog telah merealisasikan Rp 15,15 triliun dari anggaran tersebut.

"Dari dana tersebut, Bulog telah membeli 1,46 juta ton gabah senilai Rp 9,5 triliun dan 0,4 juta ton beras senilai Rp 5,65 triliun. Upaya ini bertujuan untuk menyerap hasil panen yang saat ini sedang berlangsung di masyarakat," jelas Suahasil dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2025 di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat.

Dengan penyerapan ini, stok beras yang dikelola Bulog mencapai 3,7 juta ton. Suahasil mengklaim bahwa jumlah ini merupakan stok beras tertinggi yang pernah dicapai dalam 57 tahun terakhir.

Lebih lanjut, Suahasil menjelaskan bahwa produksi beras dari Januari hingga April mengalami peningkatan sekitar 25,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, yang tercatat tumbuh impresif di angka 10%.

"Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian kita sangat impresif, mencapai angka 10%," kata Suahasil.

Menurut Suahasil, pencapaian ini tidak terlepas dari penyaluran pupuk subsidi yang lebih efisien dan langsung menyentuh petani. Pemerintah telah memangkas 145 regulasi yang berkaitan dengan penyaluran pupuk bersubsidi.

"Penyaluran pupuk telah mengalami proses efisiensi melalui reformasi penyaluran pupuk bersubsidi melalui Perpres Nomor 6 Tahun 2025. Tata kelola disederhanakan dengan memangkas 145 regulasi, sehingga pupuk bersubsidi dapat langsung disalurkan kepada kelompok-kelompok petani di seluruh daerah dan tersedia tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani," pungkas Suahasil.

Berikut adalah beberapa poin penting yang disampaikan dalam konferensi pers tersebut:

  • Alokasi Anggaran: Bulog menerima alokasi anggaran Rp 16,58 triliun untuk pengadaan beras.
  • Realisasi Penyerapan: Hingga 15 Mei 2025, Bulog telah membelanjakan Rp 15,15 triliun untuk menyerap gabah dan beras.
  • Jumlah Gabah dan Beras yang Dibeli: Bulog telah membeli 1,46 juta ton gabah dan 0,4 juta ton beras.
  • Stok Beras Nasional: Stok beras yang dikelola Bulog mencapai 3,7 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
  • Pertumbuhan Sektor Pertanian: Sektor pertanian mencatat pertumbuhan ekonomi yang impresif sebesar 10%.
  • Reformasi Penyaluran Pupuk Subsidi: Pemerintah memangkas 145 regulasi untuk meningkatkan efisiensi penyaluran pupuk bersubsidi.

Penyederhanaan birokrasi dalam penyaluran pupuk subsidi ini diharapkan dapat terus meningkatkan produktivitas petani dan menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen.