Terisolasi dalam Kegelapan: Derita Pelajar di Dusun Ogolidi Akibat Krisis Listrik

Di sebuah dusun terpencil bernama Ogolidi, yang terletak di Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, ironi modernitas terasa begitu pahit. Di tengah gemerlap kemajuan teknologi dan digitalisasi, masyarakat di sana masih bergelut dengan kegelapan akibat ketiadaan akses listrik. Kondisi ini bukan hanya menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga memadamkan harapan para pelajar untuk meraih pendidikan yang layak.

Setiap malam, anak-anak di Ogolidi terpaksa belajar di bawah cahaya remang-remang lampu minyak tanah. Ignasius Delvanus Renol, seorang siswa, menggambarkan betapa sulitnya kondisi ini. Ia harus membungkuk agar bisa membaca dengan jelas, sebuah posisi yang tidak nyaman dan melelahkan. Lebih dari itu, asap yang dihasilkan oleh lampu minyak membuat matanya perih dan hidungnya tersumbat, menimbulkan kekhawatiran akan masalah kesehatan jangka panjang.

Keterbatasan ini tidak hanya berdampak pada proses belajar. Akses informasi pun menjadi barang mewah. Untuk sekadar mengisi daya ponsel agar dapat mengerjakan tugas sekolah, warga harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer ke desa tetangga. Sebuah pengorbanan yang seharusnya tidak perlu terjadi di era di mana listrik sudah menjadi kebutuhan mendasar.

Laurensius Rensus, seorang warga Dusun Ogolidi, menyampaikan keprihatinan mendalam. Ia mengungkapkan bahwa sejak dusun ini berdiri, listrik belum pernah menyentuh kehidupan mereka. Padahal, kebutuhan akan listrik semakin mendesak seiring dengan perkembangan zaman. Ia khawatir, bagaimana mungkin anak-anak dapat meraih cita-cita jika setiap malam harus berjuang dengan keterbatasan cahaya dan ancaman penyakit pernapasan akibat asap lampu minyak?

Ketiadaan listrik juga berarti ketiadaan akses ke informasi dan hiburan. Televisi, yang bagi sebagian orang adalah sumber informasi dan hiburan utama, hanyalah barang asing bagi warga Ogolidi. Malam-malam mereka diisi dengan kegelapan dan keterbatasan.

Camat Talibura, Lazerus Gunter, mengakui bahwa Dusun Ogolidi bukanlah satu-satunya wilayah yang terisolasi dari listrik. Dari 20 desa di Kecamatan Talibura, masih ada beberapa yang belum teraliri listrik. Pemerintah kecamatan telah menerima proposal dari warga dan berjanji akan terus berkoordinasi dengan PLN untuk memperluas jaringan listrik.

Warga Ogolidi sendiri telah menunjukkan kesiapan untuk berpartisipasi dan membantu pemasangan listrik di desa mereka. Namun, hingga saat ini, usaha tersebut belum membuahkan hasil. Harapan mereka sederhana, yaitu dapat hidup terang seperti warga lain, demi masa depan anak-anak dan kesejahteraan bersama. Akankah harapan ini segera terwujud?

  • Dampak Ketiadaan Listrik:

    • Kualitas belajar menurun
    • Kesehatan terancam akibat asap lampu minyak
    • Akses informasi terbatas
    • Keterbatasan hiburan dan informasi
    • Keterlambatan perkembangan dusun
  • Upaya yang Sudah Dilakukan:

    • Pengajuan proposal ke pemerintah kabupaten dan PLN
    • Kesiapan warga untuk berpartisipasi dalam pemasangan listrik
    • Koordinasi pemerintah kecamatan dengan PLN