Oase Kehidupan Para Perantau Madura di Kampung Starling, Jakarta Pusat

Kampung Starling: Potret Kehidupan Perantau di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta

Di tengah gemerlap dan kesibukan Jakarta, terselip sebuah perkampungan unik bernama Kampung Starling. Terletak di gang-gang sempit kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, kampung ini menjadi rumah bagi ratusan perantau, mayoritas berasal dari Pulau Madura, yang mencari rezeki di ibu kota.

Kampung ini dikenal dengan julukan "Starling," sebuah akronim dari Starbucks keliling, mencerminkan mata pencaharian utama warganya sebagai penjual kopi keliling. Dengan sepeda sebagai modal utama, mereka menyusuri jalanan Jakarta, menawarkan secangkir kopi hangat kepada para pelanggan.

Identitas dan Solidaritas di Kampung Starling

Lebih dari sekadar tempat tinggal, Kampung Starling adalah simbol perjuangan dan harapan. Di tengah keterbatasan lahan dan kondisi hidup yang sederhana, warga kampung ini membangun komunitas yang solid dan saling mendukung. Ikatan persaudaraan yang kuat menjadi modal utama mereka untuk bertahan hidup di kerasnya ibu kota.

Novi, salah seorang warga yang telah lama tinggal di Kampung Starling, menuturkan bahwa sebagian besar warga berasal dari Madura. Namun, seiring berjalannya waktu, kampung ini juga dihuni oleh warga dari berbagai daerah lain, termasuk Pulau Jawa dan penduduk asli Jakarta. Keberagaman ini justru memperkaya kehidupan sosial di Kampung Starling.

Kondisi Fisik dan Status Lahan

Rumah-rumah di Kampung Starling umumnya dibangun secara semipermanen dengan dinding tripleks dan atap seng. Lahan yang mereka tempati relatif sempit, namun semangat hidup para penghuninya sangatlah besar. Mereka berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis di tengah keterbatasan yang ada.

Status lahan yang mereka tempati masih menjadi pertanyaan. Menurut informasi yang beredar, lahan tersebut milik Bank Indonesia. Warga mengklaim telah membayar pajak dan hidup secara sah di sana. Namun, kejelasan mengenai legalitas lahan tersebut masih belum sepenuhnya terungkap.

Ekonomi Informal dan Semangat Bertahan Hidup

Kampung Starling menjadi representasi nyata dari ekonomi informal yang tumbuh subur di Jakarta. Warganya menggantungkan hidup dari berjualan kopi keliling, sebuah pekerjaan yang fleksibel dan mudah diakses oleh siapa saja. Penghasilan yang mereka dapatkan memang tidak besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menghidupi keluarga.

Wisnu, seorang pedagang kopi keliling yang telah tinggal di Kampung Starling sejak 2017, mengaku bahwa ia merasa seperti berada di kampung halaman sendiri. Ia merasakan kehangatan dan dukungan dari sesama warga, yang membuatnya betah tinggal di sana. Wisnu juga bersyukur karena dapat menghidupi istri dan anaknya dari hasil berjualan kopi.

Harapan di Tengah Ketidakpastian

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, warga Kampung Starling tetap optimis dan memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik. Mereka tidak terlalu memusingkan masalah legalitas lahan, yang terpenting bagi mereka adalah dapat terus berjualan dan mencari rezeki. Semangat pantang menyerah dan keyakinan akan hari esok menjadi modal utama mereka untuk bertahan hidup di Jakarta.

Kampung Starling bukan sekadar permukiman kumuh di tengah kota. Ia adalah simbol ketangguhan, solidaritas, dan harapan. Kisah para perantau Madura di Kampung Starling menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap Jakarta, terdapat perjuangan hidup yang tak kenal lelah.