Terjangan Rob di Pesisir Kendal: Warga Berjuang Adaptasi dengan Meninggikan Rumah

Gelombang Pasang Ancam Pesisir Kendal: Kisah Adaptasi Warga Melawan Rob

Fenomena rob, atau gelombang pasang air laut, terus menghantui wilayah pesisir Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Dampaknya dirasakan langsung oleh ribuan warga di beberapa desa dan kelurahan yang secara rutin terendam air laut. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendal menunjukkan setidaknya lima wilayah terdampak signifikan, meliputi Kelurahan Karangsari, Kelurahan Bandengan, Desa Pilangsari, Desa Mororejo, dan Kartika Jaya Patebon.

Ketinggian air rob yang menggenangi permukiman warga bervariasi, namun seringkali mencapai hingga 70 sentimeter. Kondisi ini memaksa warga untuk beradaptasi dengan cara yang ekstrem, yaitu dengan meninggikan lantai rumah mereka. Proses meninggikan lantai rumah dilakukan berulang kali seiring dengan semakin tingginya gelombang pasang. Akibatnya, banyak rumah warga yang kini memiliki perbedaan signifikan antara tinggi lantai dan atap, memaksa penghuninya untuk membungkuk saat memasuki rumah.

Salah seorang warga Desa Mororejo, Ella (35), menuturkan bahwa ia telah tiga kali meninggikan lantai rumahnya. Meskipun demikian, air rob tetap mampu masuk ke ruang utama rumahnya. "Saya kalau masuk rumah sampai membungkuk, kayak orang yang sedang hormat," ujarnya. Meskipun kondisi ini tidak nyaman, Ella dan keluarganya memilih untuk tetap tinggal di Mororejo karena alasan sentimental. Ibunya bersikeras untuk tidak pindah karena rumah tersebut memiliki nilai sejarah bagi keluarga.

Ella menambahkan bahwa air rob sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Mororejo. Namun, dalam beberapa hari terakhir, kondisi semakin parah dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Diduga, hal ini disebabkan oleh jebolnya talud penahan air laut.

Kepala Desa Mororejo, Kamal, menjelaskan bahwa hampir seluruh warga di wilayahnya telah melakukan upaya meninggikan rumah, baik dengan meninggikan lantai maupun membangun rumah baru dengan pondasi yang lebih tinggi. Langkah ini menjadi satu-satunya cara untuk menghindari genangan air rob.

Kisah serupa juga dialami oleh Lailatul Khasanah, warga Kelurahan Bandengan. Ia juga telah beberapa kali meninggikan rumahnya untuk mengatasi masalah rob. Lailatul memilih untuk tetap tinggal di Bandengan karena suaminya berprofesi sebagai nelayan. Pindah dari Bandengan berarti kehilangan mata pencaharian utama keluarga.

Yunus, perangkat Kelurahan Bandengan, menambahkan bahwa sebagian besar warga di wilayahnya, terutama di daerah yang rawan rob, telah meninggikan rumah mereka. Fenomena ini menciptakan pemandangan unik di mana banyak rumah terlihat lebih pendek dari biasanya karena hanya lantainya saja yang ditinggikan.

Kondisi ini menggambarkan betapa gigihnya warga Kendal dalam berjuang untuk bertahan hidup di tengah ancaman rob yang semakin sering terjadi. Adaptasi ekstrem dengan meninggikan rumah menjadi bukti nyata dari ketahanan masyarakat pesisir dalam menghadapi tantangan alam.