Indonesia dan China Tingkatkan Kemitraan Investasi Strategis dalam Rangka HUT Hubungan Diplomatik

Kemitraan Strategis Indonesia-China Semakin Erat di Usia 75 Tahun Hubungan Diplomatik

Jakarta - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) mengambil langkah signifikan dalam memperkuat jalinan kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Serangkaian pertemuan penting telah diselenggarakan di Beijing pada tanggal 20 hingga 21 Mei 2025, menandai babak baru dalam kolaborasi investasi antara kedua negara.

Inisiatif ini merupakan bagian integral dari delegasi resmi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Misi utama delegasi ini adalah untuk memperdalam kerja sama ekonomi dan investasi yang mencakup berbagai sektor strategis dengan mitra utama, Tiongkok.

Pandu Patria Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, menyampaikan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut berjalan sangat produktif. Ia menyoroti komitmen kuat dari berbagai lembaga keuangan dan investasi terkemuka di Tiongkok untuk meningkatkan kolaborasi dengan Indonesia.

"Kami melihat adanya semangat yang tinggi untuk membangun kemitraan jangka panjang, yang tidak hanya saling menguntungkan tetapi juga memberikan dampak transformatif yang signifikan bagi perekonomian kedua negara," ungkap Pandu di Jakarta, pada hari Jumat, 23 Mei 2025.

Pandu turut hadir dalam delegasi yang dipimpin oleh Ketua DEN, Luhut Binsar Panjaitan. Turut serta dalam delegasi ini adalah tokoh-tokoh penting lainnya, termasuk Wakil Ketua DEN, Mari Elka Pangestu; Wakil Menteri Investasi, Todotua Pasaribu; dan Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono.

Serangkaian pertemuan ini bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok, serta 70 tahun Konferensi Asia-Afrika. Selain itu, delegasi Indonesia juga berkesempatan untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi.

Pemerintah Tiongkok secara tegas menyatakan dukungannya terhadap keberadaan Danantara sebagai badan investasi strategis nasional milik negara. Mereka juga mendorong kolaborasi yang lebih erat dengan sejumlah lembaga keuangan terkemuka Tiongkok, seperti China Investment Corporation (CIC), State Development and Investment Corporation (SDIC), dan China International Trust and Investment Corporation (CITIC).

Dalam pertemuan dengan CIC, dibahas secara mendalam mengenai rencana investasi langsung dan kerja sama dalam pengelolaan dana bersama. CIC menyatakan komitmennya untuk memperluas investasi di Indonesia, terutama di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, seperti:

  • Kesehatan
  • Konsumsi
  • Infrastruktur
  • Sumber Daya Alam
  • Pusat Data dan Teknologi

Selain itu, Danantara juga mengadakan pertemuan dengan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), yang merupakan bank dengan aset terbesar di dunia. Pertemuan ini membahas mengenai dukungan finansial untuk proyek-proyek energi terbarukan yang berkelanjutan.

ICBC juga mengundang Danantara untuk berpartisipasi dalam forum Belt and Road Bankers Roundtable, sebuah platform bergengsi yang menghimpun 180 lembaga keuangan dari 85 negara.

Delegasi Indonesia juga melakukan pertemuan dengan Bank of China, SDIC, dan CITIC untuk menjajaki peluang kolaborasi yang lebih mendalam di berbagai bidang.

"Kami sangat optimis bahwa kunjungan ini akan memperkuat kerja sama yang memberikan dampak jangka panjang yang positif," kata Pandu.

Danantara memiliki peran kunci sebagai katalisator strategis untuk memperluas investasi global. Pandu menekankan bahwa kerja sama ini bukan sekadar diplomasi ekonomi, melainkan sebuah langkah nyata menuju sinergi jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan inklusif di Indonesia, Tiongkok, dan kawasan.

Sebagai informasi, Danantara Indonesia adalah badan hukum yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Lembaga ini didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025. Dengan mandat untuk mengoptimalkan investasi dan pengelolaan aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta dana lainnya, Danantara ditugaskan untuk mengubah aset negara menjadi kekuatan ekonomi jangka panjang melalui tata kelola yang terbaik dan dampak yang inklusif.