Dinas Pendidikan Depok Berikan Dukungan Psikologis pada Siswi SMP Korban Dugaan Pelecehan

Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pendidikan (Disdik) memberikan perhatian serius terhadap kasus dugaan pelecehan yang menimpa seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayahnya. Sebagai langkah awal, Disdik Depok memastikan korban mendapatkan pendampingan psikologis yang komprehensif.

Kepala Disdik Depok, Siti Chaerijah, menyatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD-PPA) di bawah Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Depok. Kolaborasi ini bertujuan memberikan perlindungan maksimal kepada korban, khususnya selama proses pemeriksaan berlangsung.

Siti menambahkan, terduga pelaku, seorang guru berinisial IR, telah dinonaktifkan dari tugas mengajar di kelas. Langkah ini diambil untuk mempermudah proses investigasi dan memastikan proses belajar mengajar di sekolah tetap kondusif. Saat ini, IR sedang menjalani pemeriksaan mendalam secara objektif dan menyeluruh oleh pihak berwenang.

Selain memberikan pendampingan psikologis dan menonaktifkan terduga pelaku, Disdik Depok juga berencana melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem yang berlaku di sekolah tersebut. Evaluasi ini mencakup:

  • Sistem pembinaan guru
  • Pengawasan sekolah
  • Edukasi tentang perlindungan anak terhadap peserta didik

Kasus ini mencuat setelah adanya laporan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru terhadap siswi SMP di Sukmajaya, Depok. Menurut keterangan seorang pelatih ekstrakurikuler yang juga menjadi saksi, pelecehan tersebut diduga telah terjadi sejak tahun 2019 dan berlanjut hingga tahun 2025. Korban tidak hanya berasal dari kelas 7 dan 8, tetapi juga termasuk siswi yang sudah lulus.

Modus yang digunakan terduga pelaku bervariasi, termasuk tindakan verbal dan fisik. Salah satu contohnya adalah berpura-pura membetulkan dasi korban dengan gerakan yang dinilai tidak pantas. Ironisnya, pihak sekolah sempat dianggap telah menyelesaikan kasus ini secara internal sebelum akhirnya viral di media sosial dan mendapat perhatian luas dari masyarakat.