Skandal Beras Guncang Kabinet Jepang: Menteri Pertanian Mengundurkan Diri Akibat Guyonan Kontroversial

Gelombang kemarahan publik memaksa Taku Eto untuk meletakkan jabatannya sebagai Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang. Pengunduran diri ini dipicu oleh komentar bernada candaan yang dianggap meremehkan masalah beras, komoditas pangan pokok yang tengah mengalami krisis harga di Negeri Sakura.

Kontroversi bermula ketika Eto, dalam sebuah acara penggalangan dana lokal, menyatakan bahwa dirinya tidak pernah membeli beras karena selalu menerima pasokan melimpah dari para pendukungnya. Ia berharap ucapannya tersebut akan memancing tawa, namun yang terjadi justru sebaliknya. Di tengah himpitan krisis biaya hidup yang melanda Jepang, candaan Eto dianggap tidak sensitif dan melukai perasaan masyarakat.

Kenaikan harga beras menjadi isu krusial di Jepang. Dalam setahun terakhir, harga beras domestik melonjak signifikan, sementara beras impor semakin sulit dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa Jepang tengah menghadapi krisis biaya hidup terburuk dalam beberapa dekade.

Sentimen publik terhadap pemerintah pun memburuk akibat isu ini. Masyarakat merasa bahwa para politisi tidak memahami kesulitan yang mereka hadapi. "Politisi tidak pergi ke supermarket untuk belanja bahan makanan, jadi mereka tidak paham," ujar Memori Higuchi, seorang ibu muda di Yokohama, kepada BBC.

Beras bukan sekadar komoditas di Jepang, melainkan juga memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam. Kekurangan pasokan beras dapat memicu instabilitas politik. Tragedi kelaparan dan kerusuhan akibat harga beras yang melambung tinggi pernah meruntuhkan pemerintahan pada tahun 1918.

Eto sendiri telah menyampaikan permohonan maaf atas komentarnya yang dianggap "keterlaluan". Namun, permintaan maaf tersebut tidak mampu meredam kemarahan publik. Tekanan politik yang semakin besar akhirnya memaksa Eto untuk mengundurkan diri dari jabatannya, menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi oleh Perdana Menteri Ishiba.

Berikut adalah beberapa poin penting terkait krisis beras di Jepang:

  • Kenaikan Harga: Harga beras domestik melonjak lebih dari dua kali lipat dalam setahun terakhir.
  • Krisis Biaya Hidup: Jepang menghadapi krisis biaya hidup terburuk dalam beberapa dekade.
  • Sentimen Publik: Masyarakat merasa bahwa politisi tidak memahami kesulitan ekonomi yang mereka hadapi.
  • Signifikansi Beras: Beras memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam di Jepang.
  • Instabilitas Politik: Kekurangan pasokan beras dapat memicu instabilitas politik.