Jumat Kelabu Banjarmasin: Trauma dan Upaya Melawan Lupa Tragedi 23 Mei 1997

Tragedi Jumat Kelabu yang terjadi di Banjarmasin pada 23 Mei 1997, meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Peristiwa kelam yang dipicu oleh ketegangan politik menjelang Pemilu 1997 itu, masih membekas dalam ingatan para saksi mata, bahkan setelah 28 tahun berlalu. Setiap tanggal 23 Mei, warga Banua mengenang peristiwa tersebut, terutama mereka yang kehilangan orang-orang terkasih dan harta benda.

Salah seorang saksi mata, Misnawati, menceritakan pengalamannya saat nyaris menjadi korban dalam kerusuhan tersebut. Ia mengungkapkan, saat itu dirinya hendak pergi ke kota untuk mengikuti kampanye akbar. Namun, informasi yang beredar menyebutkan bahwa siapa pun yang mengenakan pakaian kuning akan menjadi sasaran massa. Misnawati yang saat itu mengenakan baju kuning, segera memutar balik dan membuang pakaiannya demi keselamatan diri. Ia menyaksikan sendiri bagaimana penjarahan terjadi di Mall Mitra Plaza, sebelum akhirnya mal tersebut terbakar dan menewaskan sejumlah orang yang terjebak di dalamnya.

Saksi mata lain, Faisal alias Ichal, juga berniat mengabadikan momen kampanye akbar dengan kamera pocket miliknya. Namun, niatnya tersebut berubah menjadi dokumentasi kerusuhan yang pecah di berbagai titik di Banjarmasin. Ia bahkan sempat menjadi korban pemukulan massa dan mengalami kerusakan pada sepeda motornya. Meski demikian, Ichal berhasil menyelamatkan kameranya yang menjadi saksi bisu peristiwa tersebut.

Tragedi Jumat Kelabu mengakibatkan ratusan korban jiwa dan luka-luka. Data resmi mencatat, sebanyak 123 orang tewas dalam insiden ini. Banyak korban ditemukan hangus terbakar di dalam ruko yang dijarah dan dibakar massa. Selain korban tewas, ratusan orang mengalami luka-luka akibat lemparan batu, luka bakar, maupun terinjak saat berusaha menyelamatkan diri. Kerugian materiil akibat kerusuhan ini diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah, belum termasuk trauma psikologis yang dialami para korban.

Meski tak mengalami langsung peristiwa tersebut, generasi muda Banjarmasin berupaya untuk menjaga ingatan akan tragedi Jumat Kelabu. Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar aksi simbolik di depan Hotel Arum Banjarmasin, salah satu lokasi terjadinya kerusuhan 1997. Aksi tersebut diisi dengan berbagai kegiatan, seperti mimbar bebas, pembacaan puisi, pertunjukan teatrikal, dan penaburan bunga sebagai simbol duka cita.

Berikut beberapa dampak dari kerusuhan Jumat Kelabu:

  • Korban jiwa dan luka-luka
  • Kerugian materiil yang mencapai puluhan miliar rupiah
  • Trauma psikologis bagi para korban dan saksi mata
  • Kerusakan infrastruktur dan fasilitas publik
  • Terpecahnya kerukunan sosial di masyarakat

Upaya merawat ingatan akan tragedi Jumat Kelabu terus dilakukan oleh berbagai pihak, dengan harapan peristiwa serupa tidak akan pernah terulang kembali di Banjarmasin maupun di seluruh Indonesia.