Antisipasi Keterbatasan Toilet, Jemaah Haji Wanita Dianjurkan Memakai Diaper Saat Wukuf
Ibadah haji memiliki kekhususan bagi jemaah wanita, terutama terkait perbedaan biologis. Pembimbing ibadah haji tahun 2025, Badriyah Fayumi, menjelaskan beberapa aspek penting terkait fikih ibadah haji bagi perempuan, termasuk solusi praktis dalam kondisi tertentu.
Salah satu persoalan yang kerap dihadapi jemaah haji wanita adalah pelaksanaan tawaf ifadah saat sedang haid dan harus segera kembali ke Tanah Air. Menurut Badriyah, tawaf memang mensyaratkan kesucian, seperti halnya shalat. Namun, Allah SWT memberikan keringanan bagi hamba-Nya yang berada dalam kondisi sulit.
"Jika waktu tawaf ifadah sudah mepet dan jemaah harus segera pulang, sementara masih haid, jangan khawatir. Haid adalah ketentuan dari Allah, dan kewajiban haji juga dari Allah. Allah tidak akan memberatkan hamba-Nya," ujar Badriyah di Makkah, Sabtu (24/5/2025).
Ia menambahkan, jemaah haji wanita tetap dapat melaksanakan tawaf, sa'i, hingga tahallul kedua jika haidnya hanya sedikit. Dalam kondisi tersebut, mereka tidak akan dikenakan dam (denda).
"Jika masih keluar sedikit darah haid dan jemaah harus pulang, itu adalah uzur syar'i di luar batas kemampuan kita. Sama halnya dengan orang yang wajib shalat tetapi mengalami beser. Tetaplah lakukan ibadah dengan banyak berzikir dan beristighfar, insyaallah Allah akan menerima ibadah kita," jelasnya.
Lalu, bagaimana dengan tawaf wada' bagi wanita haid yang harus segera kembali ke Indonesia? Menurut Badriyah, mereka tidak diwajibkan melaksanakan tawaf wada' dan tidak dikenakan dam. Hal ini dikarenakan haid merupakan ketentuan Allah, dan jadwal kepulangan ke Tanah Air juga merupakan ketentuan yang tidak dapat dinegosiasi.
Lebih lanjut, Badriyah Fayumi memberikan saran praktis terkait pelaksanaan wukuf di Arafah. Ia menganjurkan jemaah haji wanita untuk menggunakan diaper (popok) saat sudah berihram untuk wukuf. Menurutnya, tidak ada larangan bagi perempuan untuk menggunakan diaper atau pembalut saat ihram. Wukuf tidak mensyaratkan kondisi suci seperti shalat dan tawaf.
"Kami menyarankan jemaah haji wanita untuk menggunakan diaper saat Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Minimal, gunakan pembalut. Begitu juga saat mabit di Mina, meskipun tidak sedang haid," ungkapnya.
Penggunaan diaper atau pembalut ini penting untuk menjaga kebersihan dan kesucian pakaian. Selain itu, hal ini juga akan memudahkan jemaah wanita mengingat jumlah toilet yang terbatas. Apalagi, seringkali terjadi kemacetan di jalan sehingga jemaah kesulitan untuk mencapai toilet.
"Jika sewaktu-waktu terjadi kemacetan dan antrean toilet panjang, atau bahkan tidak bisa turun dari bus, seperti yang pernah terjadi di Muzdalifah, maka penggunaan diaper insyaallah akan sangat membantu," tuturnya.
Badriyah menjelaskan bahwa jumlah toilet di Mina dan Arafah antara laki-laki dan perempuan relatif sama. Namun, toilet pria biasanya dilengkapi dengan urinoir sehingga lebih memudahkan. Sementara itu, jumlah jemaah wanita lebih banyak, sehingga antrean toilet cenderung lebih panjang.
"Agar kita tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak perlu dan tidak terpancing emosi, maka insyaallah penggunaan diaper atau pembalut sangat membantu. Kita tetap antre, tetapi jika sudah tidak kuat menahan, kita bisa buang air kecil sambil antre, dan kemudian mengganti pembalut atau diaper di dalam toilet. Hal ini tidak ada kaitannya dengan pelanggaran ihram bagi perempuan," pungkasnya.