Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia: Analisis Mendalam dan Urgensi Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan

Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak, bahkan menempati urutan kedua tertinggi di ASEAN. Data menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, melampaui negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand. Pada tahun 2022, angka kematian bayi tercatat sebesar 16,85 per 1.000 kelahiran hidup.

Dr. Ivan Rizal Sini, seorang ahli dalam bidang obstetri dan ginekologi, menekankan bahwa kematian ibu dan anak tidak hanya disebabkan oleh komplikasi persalinan. Justru, banyak faktor risiko yang sebenarnya dapat dicegah jauh sebelum proses persalinan dimulai, bahkan selama masa kehamilan. Faktor-faktor seperti hipertensi, perdarahan, penyakit jantung, dan diabetes dapat dideteksi dan dikelola secara dini melalui pemeriksaan kehamilan yang komprehensif.

Dr. Ivan juga menyoroti pentingnya peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dan dokter. Pelatihan tambahan, yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, sangat diperlukan untuk memastikan bahwa tenaga medis memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menangani kasus-kasus kehamilan berisiko tinggi.

Usulan untuk memberikan izin operasi caesar kepada dokter umum menjadi perdebatan. Dr. Ivan berpendapat bahwa kebijakan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing daerah. Kebutuhan akan operasi caesar di daerah terpencil mungkin berbeda dengan di perkotaan. Evaluasi yang holistik dan menyeluruh terhadap angka kematian ibu dan anak sangat penting sebelum mengambil keputusan terkait kebijakan ini.

Ketua Terpilih Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Budi Wiweko, mengungkapkan bahwa kebijakan serupa pernah diterapkan pada tahun 2010. Saat itu, dokter umum dilatih untuk melakukan operasi caesar dalam kondisi gawat darurat. Namun, evaluasi menunjukkan bahwa kebutuhan akan operasi caesar tidak terlalu tinggi, sehingga fokus dialihkan ke pemerataan distribusi dokter spesialis di berbagai daerah.

Prof. Budi juga menyoroti masalah tindakan caesar yang dilakukan tanpa indikasi medis yang jelas. Menurutnya, hal ini menjadi perhatian utama dalam praktik obstetri, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. POGI mendukung tindakan caesar hanya jika ada indikasi medis yang kuat, karena ibu yang pernah menjalani operasi caesar cenderung memerlukan tindakan serupa pada kehamilan berikutnya. Pengendalian mutu dan biaya dalam tindakan caesar juga menjadi fokus utama untuk menghindari operasi yang tidak perlu.

Pentingnya Evaluasi Holistik dan Peningkatan Kompetensi

Untuk mengatasi masalah tingginya angka kematian ibu dan anak, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terpadu. Evaluasi yang holistik terhadap faktor-faktor risiko, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, dan pengendalian mutu tindakan caesar merupakan langkah-langkah penting yang perlu diambil. Kebijakan yang tepat dan implementasi yang efektif akan membantu menyelamatkan nyawa ibu dan anak di Indonesia.