Museum Tragedi 12 Mei 1998: Menelusuri Jejak Reformasi dan Mengenang Korban
markdown Di balik dinding sebuah bangunan di Universitas Trisakti, Jakarta, terukir kisah kelam sekaligus heroisme perjuangan mahasiswa. Museum Tragedi 12 Mei 1998, bukan sekadar bangunan bisu, melainkan saksi bisu peristiwa berdarah yang menjadi salah satu titik balik sejarah bangsa: Reformasi. Dua puluh tujuh tahun silam, di tempat inilah, aksi damai mahasiswa berujung tragedi, namun kemudian menjadi momentum perubahan besar.
Museum ini berdiri sangat dekat dengan lokasi jatuhnya korban penembakan, empat mahasiswa Trisakti yang gugur dalam memperjuangkan demokrasi. "Museum ini bersejarah sekali," ujar Kepala Humas Universitas Trisakti, Dewi Priandini. "Ada bekas peluru di sana, kemudian titik-titik korban jatuh, mereka ditembak itu juga di dalam kampus." Ungkapan tersebut menggambarkan betapa lekatnya museum ini dengan memori kolektif bangsa tentang peristiwa kelam tersebut.
Keempat mahasiswa yang menjadi korban, Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, kemudian dianugerahi gelar Pejuang Reformasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005. Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan negara atas jasa dan pengorbanan mereka dalam memperjuangkan tegaknya demokrasi dan keadilan.
Didirikan dengan tujuan luhur, Museum Tragedi 12 Mei 1998 menjadi pengingat abadi akan pentingnya demokrasi dan hak asasi manusia. Lebih dari itu, museum ini juga menjadi monumen perjuangan untuk menuntut keadilan bagi para korban, mengingat hingga saat ini, pelaku penembakan belum sepenuhnya bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Museum ini menyimpan artefak-artefak penting yang berkaitan dengan peristiwa tersebut:
- Foto-foto peristiwa demonstrasi dan penembakan
- Rekaman video kesaksian para saksi mata
- Pakaian dan barang-barang pribadi milik para korban
- Bekas-bekas peluru yang ditemukan di lokasi kejadian
Museum Tragedi 12 Mei 1998 berlokasi strategis di lobi Gedung Dr. Sjarif Thajeb, Universitas Trisakti Kampus A. Pintu museum terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin belajar tentang sejarah kelam ini, menggali nilai-nilai perjuangan, dan merenungkan pentingnya menjaga demokrasi. Pengunjung dapat datang setiap Senin hingga Jumat, pukul 09.00 hingga 16.00 WIB, tanpa dipungut biaya. Kunjungan ke museum ini adalah ziarah sejarah, kesempatan untuk belajar dari masa lalu, dan memetik hikmah untuk masa depan.
Museum Tragedi 12 Mei 1998 bukan hanya tentang mengenang kesedihan, tetapi juga tentang merayakan semangat perjuangan, harapan akan keadilan, dan komitmen untuk tidak melupakan sejarah. Museum ini adalah simbol perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, serta inspirasi bagi generasi muda untuk terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.