Strategi Pangan Perkotaan Pasca-Apokaliptik: Tanaman Kunci untuk Bertahan Hidup di Tengah Krisis Global

Strategi Pangan Perkotaan Pasca-Apokaliptik: Tanaman Kunci untuk Bertahan Hidup di Tengah Krisis Global

Di tengah meningkatnya kekhawatiran global mengenai potensi bencana seperti perang nuklir, pandemi ekstrem, atau dampak perubahan iklim yang dahsyat, para ilmuwan kini menyoroti pentingnya ketahanan pangan perkotaan. Sebuah studi terbaru mengidentifikasi jenis tanaman yang paling efisien untuk ditanam di lingkungan perkotaan dan sekitarnya, guna memastikan ketersediaan pangan bagi penduduk kota berukuran sedang dalam skenario pasca-apokaliptik.

Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS One ini, meneliti dua skenario utama: kondisi iklim normal dan kondisi musim dingin nuklir yang ekstrem. Para peneliti berfokus pada identifikasi tanaman yang dapat memberikan nutrisi optimal dengan penggunaan lahan minimal, dengan tujuan memberikan solusi praktis untuk mengatasi potensi kelaparan massal.

Tanaman Unggulan untuk Ketahanan Pangan Perkotaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi iklim normal, kacang polong menjadi pilihan terbaik untuk ditanam di lingkungan perkotaan. Kacang polong memiliki kandungan protein tinggi dan tumbuh subur di lahan perkotaan. Namun, kacang polong rentan terhadap suhu beku, sehingga tidak cocok untuk skenario musim dingin nuklir. Dalam kondisi ekstrem ini, kombinasi bayam dan bit gula menjadi alternatif yang lebih baik karena ketahanannya terhadap suhu rendah.

Studi Kasus: Palmerston North, Selandia Baru

Para peneliti menggunakan Palmerston North, Selandia Baru, sebagai studi kasus. Kota berukuran sedang dengan populasi sekitar 90.000 jiwa ini mewakili banyak kota di seluruh dunia dengan kepadatan penduduk yang relatif rendah dan ketersediaan ruang hijau di halaman depan, halaman belakang, dan taman. Analisis citra Google mengungkapkan bahwa lahan yang tersedia di dalam batas kota hanya cukup untuk memberi makan sekitar 20% populasi dalam kondisi iklim normal, dan 16% selama musim dingin nuklir.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk, lahan tambahan di luar kota diperlukan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari luas wilayah perkotaan yang dibangun, atau sekitar 1.140 hektar, harus dialokasikan untuk pertanian. Selain itu, 110 hektar lahan kanola diperlukan untuk menghasilkan biodiesel sebagai bahan bakar traktor dan mesin pertanian lainnya.

Strategi Pertanian di Luar Kota

Di lahan yang terletak tepat di luar kota, kentang dianggap ideal untuk skenario iklim normal, karena mudah tumbuh dan cepat panen. Sementara untuk kondisi musim dingin nuklir, kombinasi 97% gandum dan 3% wortel merupakan rasio optimal karena gandum memiliki toleransi lebih tinggi terhadap suhu dingin.

Pertimbangan Tambahan

Para peneliti menekankan bahwa kualitas tanah dan ketersediaan air merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi hasil panen. Tanah berkualitas rendah akan menghasilkan lebih sedikit panen, dan gangguan pada sistem air dapat menimbulkan tantangan tambahan. Selain itu, penelitian ini tidak memperhitungkan variasi makanan yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan nutrisi.

Implikasi Kebijakan

Studi ini memberikan wawasan berharga bagi kota-kota yang ingin mengintegrasikan pertanian perkotaan ke dalam kebijakan penggunaan lahan mereka. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ketahanan pangan, keselamatan, dan kesejahteraan, kota-kota dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi dan memastikan ketersediaan pangan bagi penduduk mereka di tengah potensi krisis global.

Daftar Tanaman Kunci:

  • Kacang polong (kondisi normal)
  • Bayam (musim dingin nuklir)
  • Bit gula (musim dingin nuklir)
  • Kentang (kondisi normal, lahan luar kota)
  • Gandum (musim dingin nuklir, lahan luar kota)
  • Wortel (musim dingin nuklir, lahan luar kota)

Kesimpulan

Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya perencanaan strategis dan diversifikasi tanaman dalam membangun ketahanan pangan perkotaan. Dengan mengidentifikasi tanaman yang paling efisien untuk ditanam di berbagai kondisi, kota-kota dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh potensi bencana global dan memastikan ketersediaan pangan bagi penduduk mereka.