Prioritaskan Teknologi dan Pertahanan, AS Kurangi Fokus pada Industri Tekstil

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan perubahan prioritas ekonomi negara, menjauh dari manufaktur pakaian dan alas kaki menuju sektor teknologi tinggi dan pertahanan. Pernyataan ini muncul di tengah perdebatan mengenai kebijakan tarif dan dampaknya terhadap industri dalam negeri.

Trump menegaskan bahwa fokus pemerintahannya adalah untuk memacu produksi dalam negeri di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan (AI), chip komputer, peralatan militer, tank, dan kapal. Ia secara eksplisit menyatakan ketidak tertarikannya untuk memproduksi barang-barang konsumsi sederhana seperti kaus dan kaus kaki, mengindikasikan bahwa produksi barang-barang tersebut dapat dilakukan secara lebih efisien di negara lain.

markdown * "Kami ingin membuat peralatan militer. Kami ingin membuat hal-hal besar. Kami ingin melakukan hal-hal yang berkaitan dengan AI," ujarnya kepada wartawan. * "Kami ingin membuat chip dan komputer dan banyak hal lainnya, serta tank dan kapal."

Pernyataan ini mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Pelaku industri pakaian dan alas kaki mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai dampak kebijakan tarif terhadap bisnis mereka. Steve Lamar, Presiden American Apparel & Footwear Association (AAPA), berpendapat bahwa tarif yang tinggi justru membebani industri mereka, mengingat sebagian besar produk di sektor ini berasal dari impor. Ia menekankan bahwa penambahan tarif hanya akan meningkatkan biaya produksi bagi produsen AS dan berpotensi menaikkan harga bagi konsumen, terutama yang berpenghasilan rendah.

Kebijakan proteksionis yang didorong oleh Trump sejak awal masa jabatannya, termasuk penerapan tarif tinggi pada barang-barang impor dari China dan Eropa, telah menjadi ciri khas pendekatan ekonominya. Baru-baru ini, ia mengancam untuk memberlakukan tarif sebesar 50 persen pada barang-barang dari Uni Eropa, serta potensi tarif 25 persen untuk setiap iPhone impor yang dijual di AS. Namun, ancaman ini kemudian diredam dengan perpanjangan tenggat waktu untuk negosiasi dengan Uni Eropa.

Trump, yang terpilih kembali pada tahun 2024 setelah masa jabatan pertamanya dimulai pada tahun 2016, dikenal karena menarik dukungan dari pemilih kelas pekerja yang mengalami kehilangan pekerjaan akibat relokasi industri ke luar negeri. Kebijakan tarif tinggi yang diusungnya bertujuan untuk memenuhi janji kampanyenya untuk membawa kembali pabrik-pabrik ke AS. Namun, perekonomian AS tetap bergantung pada rantai pasok global, dengan banyak produk, termasuk tekstil dan komponen elektronik, yang masih diproduksi di luar negeri karena biaya produksi yang lebih rendah.