Tumpukan Limbah Kerang di Cilincing Bertransformasi Menjadi Ruang Publik Alternatif Bagi Anak-Anak

Pesisir Kalibaru Barat VI E, Cilincing, Jakarta Utara, menyajikan pemandangan unik sekaligus ironis. Di satu sisi, terdapat tumpukan limbah kulit kerang yang menggunung, hasil dari aktivitas nelayan dan pengupas kerang setempat. Di sisi lain, tumpukan limbah ini justru menjadi arena bermain bagi puluhan anak-anak.

Limbah kulit kerang ini telah menumpuk selama bertahun-tahun, bahkan jauh sebelum beberapa warga saat ini lahir. Aktivitas pembuangan limbah kerang merupakan imbas mata pencaharian utama warga Cilincing yang berprofesi sebagai nelayan dan pengupas kerang. Tumpukan limbah ini terus bertambah volumenya setiap hari, meskipun petugas kebersihan secara rutin meratakannya. Akibat penumpukan yang terus menerus, gundukan limbah kulit kerang ini membentuk semacam daratan baru, yang kemudian dikenal oleh warga setempat sebagai "Pulau Kerang".

"Pulau Kerang" ini membentang sepanjang kurang lebih 500 meter di bibir pantai. Ketinggiannya mencapai sekitar lima meter, hampir setara dengan tinggi tanggul laut yang melindungi kawasan tersebut. Meskipun berpotensi menimbulkan masalah lingkungan, keberadaan "Pulau Kerang" ini memberikan dampak sosial yang tak terduga. Anak-anak di sekitar kawasan tersebut memanfaatkan area ini sebagai ruang bermain alternatif. Setiap sore, mereka terlihat bermain layang-layang, bercengkrama, dan bermain air laut di sekitar gundukan kerang.

Keberadaan "Pulau Kerang" sebagai ruang publik alternatif ini juga menarik perhatian para pedagang makanan ringan. Setiap sore, pedagang sempol ayam, telur congkel, sosis bakar, dan camilan lainnya membuka lapak di sekitar area tersebut, menambah daya tarik "Pulau Kerang" sebagai tempat berkumpulnya warga.

Fenomena ini menggambarkan bagaimana keterbatasan ruang publik di kawasan padat penduduk dapat mendorong masyarakat untuk berkreasi dan memanfaatkan ruang yang ada, meskipun dalam kondisi yang kurang ideal. Meskipun demikian, perlu adanya solusi yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah limbah kerang ini, sehingga tidak hanya memberikan manfaat sosial sementara, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan.