Anomali Biologis: Enam Hiu Paus Remaja Muncul Bersamaan di Perairan Botubarani
Fenomena alam yang mencengangkan terjadi di perairan Desa Botubarani, Kabila Bone, Bone Bolango, Gorontalo, ketika enam ekor hiu paus remaja (Rhincodon typus) terlihat bersamaan pada hari Minggu, 25 Mei 2026. Kejadian langka ini menjadi catatan rekor baru di wilayah konservasi laut tersebut, mengingat biasanya hanya satu hingga tiga individu hiu paus yang menampakkan diri dalam satu hari. Namun, dalam dua bulan terakhir, frekuensi kemunculan mereka meningkat secara signifikan, mencapai puncaknya dengan kehadiran enam ekor sekaligus.
Menurut Hartaty Isima, Plt. Kepala Bidang PRL dan PSDKP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, keenam hiu paus yang terlihat tersebut masih tergolong remaja, dengan perkiraan panjang antara 3 hingga 5 meter. Keberhasilan konservasi di wilayah ini ditandai dengan munculnya individu-individu baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya, terutama yang berukuran lebih kecil, menunjukkan adanya regenerasi populasi hiu paus di perairan Botubarani. Penetapan Desa Botubarani sebagai bagian dari Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 127 Tahun 2023 terbukti efektif dalam menjaga kelestarian ekosistem laut.
Hartaty Isima menegaskan bahwa kemunculan hiu paus dalam jumlah besar ini adalah bukti nyata keberhasilan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam menjaga ekosistem perairan. Upaya-upaya seperti pembinaan pelaku wisata, sosialisasi interaksi yang bertanggung jawab dengan satwa liar, dan penandaan batas zona interaksi telah memberikan dampak positif. Kehadiran hiu paus ini juga membawa berkah ekonomi bagi warga setempat, termasuk para pelaku UMKM seperti Teti Ismail, seorang penjual makanan ringan di sekitar dermaga wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang untuk menyaksikan fenomena langka ini berdampak langsung pada peningkatan penjualan makanan dan minuman.
Zona interaksi dengan hiu paus diatur dengan ketat untuk memastikan kelestarian lingkungan dan kenyamanan satwa. Aktivitas memancing dilarang, dan kapal bermesin tidak diizinkan masuk ke dalam zona tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan makanan alami hiu paus, seperti ikan kecil dan plankton, serta menghindari gangguan yang dapat membuat mereka tidak nyaman. Fenomena ini didukung oleh proses alamiah seperti upwelling, yaitu naiknya air laut dingin yang kaya nutrisi ke permukaan, yang memperkaya populasi plankton sebagai sumber makanan utama hiu paus. Selain itu, kehadiran nike (larva ikan) yang bermigrasi dari muara juga turut memperkuat rantai makanan di perairan tersebut.
"Di zona interaksi ini dilarang memancing, sehingga ketersediaan mangsa hiu paus berupa ikan kecil lebih banyak, hiu paus pun lebih betah di sini," ucap Hartaty. Dengan meningkatnya kehadiran hiu paus, Desa Botubarani bukan hanya menjadi ikon pariwisata bahari Gorontalo, tetapi juga simbol keberhasilan konservasi laut partisipatif. Selain itu Desa Botubarani diharapkan menjadi sebuah pelajaran untuk wilayah perairan lain di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran terhadap perlindungan wilayah laut dan ekosistemnya.