Wamen Stella Christie Berperan Sebagai Penerjemah Ad-Hoc dalam Pertemuan Prabowo dengan PM China
Dalam sebuah pertemuan bilateral yang penting antara Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Perdana Menteri (PM) Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Li Qiang, di Jakarta, terungkap sebuah kejadian menarik di balik layar. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek), Stella Christie, Ph.D., secara spontan mengambil peran sebagai penerjemah. Insiden ini terjadi pada hari Minggu, 25 Mei 2025, di Istana Kepresidenan Jakarta, ketika kendala teknis menghambat kelancaran penerjemahan simultan.
Menurut sumber informasi, sistem penerjemah bahasa yang disiapkan untuk acara tersebut mengalami gangguan fungsi. Situasi ini menuntut solusi cepat agar komunikasi antara kedua pemimpin negara tetap efektif. Mengingat kefasihan Stella Christie dalam berbahasa Mandarin, yang diperolehnya selama menjabat sebagai Guru Besar di Tsinghua University, ia diminta untuk mendampingi Presiden Prabowo dan memberikan terjemahan langsung.
"Saat itu, Perdana Menteri Li Qiang sudah mulai menyampaikan sambutannya, namun tampaknya sistem penerjemah belum berfungsi optimal. Saya sendiri juga tidak menggunakan alat penerjemah karena saya memahami bahasa Mandarin," jelas Stella Christie.
Lebih lanjut, Stella menuturkan bahwa inisiatifnya muncul setelah menyadari adanya kendala teknis. Ia menawarkan diri untuk membantu demi kelancaran acara. "Kemudian ada yang mengatakan, 'belum berfungsi'. Jadi daripada menunggu perbaikan, saya langsung menawarkan bantuan. Saya bertanya, 'Bagaimana, Bapak? Apakah...'. Bapak Presiden kemudian meminta saya untuk duduk di samping beliau agar acara dapat berjalan lancar," ujarnya.
Stella Christie menekankan bahwa perannya sebagai penerjemah bersifat sementara dan bukan merupakan perubahan profesi. Ia menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk memastikan keseimbangan dalam komunikasi, mengingat pihak Tiongkok telah menyiapkan penerjemah Bahasa Mandarin-Indonesia. Dengan demikian, ketika PM Li Qiang berbicara, terjemahan dalam Bahasa Indonesia dapat segera disampaikan.
Namun, situasi menjadi sedikit berbeda ketika giliran Presiden Prabowo untuk memberikan tanggapan. Pada saat itu, tidak ada penerjemah yang secara khusus menerjemahkan perkataannya ke dalam Bahasa Mandarin. Hal inilah yang kemudian mendorong Stella Christie untuk bertindak sebagai penerjemah ad-hoc bagi Presiden Prabowo.
"Karena itu adalah giliran Perdana Menteri (Li Qiang) yang berbicara, diikuti oleh penerjemah mereka. Kemudian ketika Bapak Presiden Prabowo akan menyambut, memberikan tanggapan, seharusnya sistem penerjemah sudah berfungsi. Tapi saya bertanya, 'Bapak, apakah...?'. Beliau menjawab, 'Sudah, kamu di sini saja'. Ya sudah. Jadi ada sebagian yang memang saya terjemahkan langsung kepada Bapak, terutama jika saya merasa ada informasi yang kurang lengkap atau perbedaan nuansa makna," pungkas Stella.