Burgo Palembang: Lebih dari Sekadar Kudapan, Simbol Budaya dan Warisan Leluhur
Palembang, Sumatera Selatan, terkenal dengan kekayaan kulinernya. Selain pempek yang ikonik, terdapat beragam hidangan tradisional yang menggugah selera, salah satunya adalah burgo. Kudapan ini bukan hanya sekadar pengisi perut, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan filosofi yang mendalam, menjadikannya Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Burgo merupakan hidangan yang terbuat dari lembaran tipis adonan tepung beras dan tepung sagu yang digulung. Sekilas, bentuknya mirip dengan kwetiau, namun teksturnya lebih lembut dan kenyal. Keistimewaan burgo terletak pada kuahnya yang berwarna kuning keemasan, kaya akan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan lengkuas. Kuah ini dimasak dengan santan sehingga menghasilkan cita rasa gurih dan sedikit pedas yang begitu menggoda.
Biasanya, burgo disajikan dengan potongan telur rebus dan taburan bawang goreng yang renyah. Kombinasi tekstur dan rasa yang beragam ini menjadikan burgo sebagai hidangan yang unik dan memanjakan lidah. Masyarakat Palembang seringkali menyantap burgo sebagai menu sarapan atau camilan di sore hari. Burgo juga kerap menjadi pelengkap hidangan lain seperti lakso, laksan, dan celimpungan.
Sejarah burgo diperkirakan telah ada sejak 200 tahun lalu, bahkan mungkin lebih tua dari itu. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, beras dari Jawa mulai dikenal masyarakat setempat. Beras Jawa memiliki tekstur yang lembut dan kenyal, sehingga ideal untuk membuat adonan burgo. Proses pembuatan burgo yang memakan waktu lama melambangkan nilai kesabaran dan keuletan. Sementara itu, perpaduan adonan dan kuah mencerminkan persatuan dan kebersamaan.
Sebagai pengakuan atas nilai budaya dan sejarahnya, burgo ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2021. Penetapan ini bertujuan untuk melestarikan burgo sebagai bagian dari identitas budaya Palembang dan mencegah klaim dari pihak lain.
Burgo bukan hanya sekadar makanan, melainkan juga cerminan dari sejarah, budaya, dan filosofi masyarakat Palembang. Melalui setiap gigitan burgo, kita dapat merasakan kehangatan tradisi dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kudapan ini adalah simbol kekayaan kuliner Indonesia yang patut dilestarikan dan dibanggakan.
Filosofi Burgo
Filosofi tersebut ada pada proses pembuatan burgo yang memakan waktu lama. Hal tersebut mengajarkan nilai-nilai kesabaran serta keuletan bagi setiap orang yang membuatnya.
Begitu juga pada proses pencampuran burgo yang terdiri dari adonan dan kuah bisa melambangkan sebagai wujud persatuan.