Dampak Penurunan Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Optimal dalam Setahun
Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjadi 5,50 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada Mei 2025. Keputusan ini memunculkan pertanyaan mengenai seberapa cepat dampak penurunan tersebut akan dirasakan oleh perekonomian nasional.
Menurut Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Solikin M. Juhro, dampak komprehensif dari penurunan BI rate ini diperkirakan baru akan terasa secara signifikan dalam kurun waktu 1 hingga 1,5 tahun. Penjelasan ini didasarkan pada fakta bahwa BI rate merupakan instrumen kebijakan moneter ekspansif yang efeknya merambat ke berbagai sektor ekonomi dan keuangan. Proses transmisi ini membutuhkan waktu agar dampak tersebut dapat dirasakan secara luas di seluruh lapisan perekonomian.
Solikin menjelaskan bahwa transmisi awal dari penurunan BI rate akan terlihat pada suku bunga pasar uang dalam waktu relatif singkat, yakni sekitar 2 hingga 3 bulan setelah kebijakan diterapkan. Penurunan suku bunga pasar uang ini diharapkan akan mendorong bank-bank untuk menurunkan suku bunga simpanan dan kredit mereka. Selanjutnya, penurunan suku bunga ini berpotensi meningkatkan konsumsi masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Namun, kecepatan bank dalam menyesuaikan suku bunga simpanan dan kredit akan bervariasi, tergantung pada kondisi keuangan dan strategi masing-masing bank. Secara umum, efek penurunan BI rate terhadap suku bunga simpanan diperkirakan memakan waktu sekitar 6 bulan, sementara efek terhadap suku bunga kredit membutuhkan waktu sekitar 1 tahun.
Selain efek terhadap suku bunga, penurunan BI rate juga berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Pelemahan ini, pada gilirannya, dapat mendorong peningkatan ekspor dan penurunan impor, karena produk-produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional. Dampak positif dari peningkatan ekspor dan penurunan impor ini diharapkan dapat mengurangi defisit neraca transaksi berjalan, atau bahkan meningkatkan surplus neraca transaksi berjalan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya telah menyampaikan tiga alasan utama di balik keputusan penurunan BI rate. Alasan-alasan tersebut meliputi inflasi yang rendah dan terkendali, upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan dorongan untuk pertumbuhan ekonomi. Penurunan suku bunga acuan ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian yang pada kuartal I 2025 mengalami kontraksi.
Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 terkontraksi menjadi 4,87 persen, mengalami penurunan sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11 persen. BI menilai bahwa penurunan suku bunga acuan diperlukan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor seperti inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil serta cenderung menguat.
- Penurunan BI rate akan langsung ditransmisikan ke suku bunga pasar uang dalam jangka waktu paling lama 2-3 bulan setelah penurunan BI rate.
- Efeknya ke suku bunga dana (simpanan) itu 6 bulan, kemudian ke suku bunga kredit nanti sekitar 1 tahun
Dengan demikian, penurunan suku bunga acuan merupakan langkah komprehensif yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dan panjang. Kebijakan ini dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengendalikan inflasi, serta memperkuat daya saing produk-produk Indonesia di pasar global.