Kebangkitan Dramatis AS Roma di Bawah Ranieri: Andai Saja Datang Lebih Awal...
Musim 2023-2024 menjadi saksi bisu transformasi dramatis AS Roma di bawah komando Claudio Ranieri. Sempat terpuruk di papan tengah klasemen, kedatangan Ranieri pada November 2024 membawa angin segar bagi Giallorossi. Meskipun terlambat bergabung, dampak kehadirannya terasa signifikan, mengantarkan Roma finis di posisi kelima, hanya terpaut satu poin dari zona Liga Champions.
Saat Ranieri mengambil alih kursi kepelatihan menggantikan Ivan Juric, Roma berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Jarak mereka dengan zona degradasi hanya terpaut tiga poin, mencerminkan krisis kepercayaan diri dan performa yang tidak konsisten. Namun, sentuhan magis Ranieri perlahan tapi pasti mulai membuahkan hasil. Ia berhasil menstabilkan tim, mengembalikan mentalitas juara, dan memaksimalkan potensi para pemain.
Salah satu indikator paling mencolok dari kebangkitan Roma adalah rekor tak terkalahkan mereka dalam 19 pertandingan beruntun di Serie A. Rentetan positif ini menjadi bukti nyata efektivitas strategi Ranieri dan solidnya mentalitas tim. Sayangnya, laju impresif tersebut harus terhenti di tangan Atalanta pada pekan ke-36, sebuah kekalahan yang sedikit meredupkan asa mereka untuk menembus zona Liga Champions.
Performa Roma sejak pergantian tahun sangatlah mengesankan. Dari 20 pertandingan yang dimainkan, mereka berhasil mengumpulkan 49 poin, sebuah pencapaian yang lebih baik dari tim-tim papan atas Serie A lainnya. Sejak kedatangan Ranieri, I Lupi mengumpulkan 53 poin, setara dengan perolehan poin Inter Milan dan Napoli dalam periode yang sama. Statistik ini semakin menegaskan betapa besar pengaruh Ranieri terhadap performa tim.
Meskipun gagal mengamankan tiket Liga Champions, Ranieri patut diacungi jempol atas kontribusinya dalam membangkitkan Roma dari keterpurukan. Kehadirannya memberikan dampak positif yang signifikan, tidak hanya dalam hal taktik dan strategi, tetapi juga dalam membangun mentalitas dan kepercayaan diri tim. Publik Roma pun bertanya-tanya, seandainya Ranieri datang lebih awal, mungkinkah tim kesayangan mereka bisa meraih hasil yang lebih baik?
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ranieri dengan rendah hati menyatakan bahwa target yang lebih tinggi mungkin sulit dicapai. Ia menekankan bahwa ia mengambil alih tim dalam situasi yang sulit, dengan moral pemain yang rendah dan kepercayaan diri yang hilang. Fokus utamanya adalah mengembalikan kepercayaan diri pemain dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
"Saya mengambil alih tim di momen terburuk, ketika moral mereka di titik nadir, mereka kehilangan kepercayaan diri, jadi saya mencoba untuk tetap simpel saja dan mengembalikan rasa percaya diri mereka," ungkap Ranieri.
Ranieri juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan yang diberikan oleh para penggemar Roma. Ia merasa bahwa para penggemar memahami bahwa ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk tim, tanpa drama dan kepalsuan.
"Fans mendukung saya, karena mereka tahu saya jarang berbohong atau menjual drama, setidaknya 90 persennya. Mereka bisa mempercayai saya," tambahnya.
Meski sempat menelan kekalahan di awal masa kepelatihannya, Ranieri berhasil membawa Roma tampil konsisten di sisa musim. Ia merasa bahwa para pemain telah memberikan segalanya di lapangan, dan hal itu merupakan hal yang paling penting baginya.
"Kami sempat kalah di awal melawan Como dan Atalanta, tapi kemudian cuma kalah dua kali lagi di sepanjang musim di Serie A. Anak-anak sudah memberikan segalanya dan itulah yang penting buat saya," pungkas Ranieri.