Aksi Damai di Depan Kementerian ESDM: Mahasiswa dan LSM Tuntut Penutupan PLTU Babelan
Puluhan mahasiswa dan perwakilan organisasi masyarakat sipil (OMS) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta Pusat pada hari Selasa. Aksi ini merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk mendesak pemerintah agar segera menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Babelan yang terletak di Bekasi, Jawa Barat.
Para pengunjuk rasa, yang terdiri dari mahasiswa Institut Attaqwa KH Noer Alie Bekasi dan didukung oleh sejumlah organisasi seperti Rizoma Indonesia, Afirmasi Bandung, dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH), berkumpul di depan gerbang utama Kementerian ESDM sejak pagi hari. Mereka membawa spanduk dan selebaran yang menyerukan penutupan PLTU Babelan, dengan alasan dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
"Kami hadir di sini untuk menyampaikan kekhawatiran masyarakat terkait dampak lingkungan dan kesehatan yang disebabkan oleh PLTU Babelan," kata Ayu Fitri Hartanti, Presiden Mahasiswa Institut Attaqwa, di sela-sela aksi. "Kami berharap policy brief yang kami serahkan dapat menjadi pertimbangan serius bagi Kementerian ESDM." Policy brief tersebut berisi kajian dan rekomendasi terkait penutupan PLTU Babelan dan transisi energi yang lebih bersih.
Selain orasi dan pembagian selebaran, para pengunjuk rasa juga menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan penderitaan warga yang terdampak langsung oleh polusi PLTU. Aksi ini bertujuan untuk menarik perhatian pemerintah dan masyarakat luas terhadap masalah ini.
Kepolisian dari Polda Metro Jaya dan Polsek Gambir mengerahkan sejumlah personel untuk mengamankan jalannya aksi. Petugas kepolisian memastikan aksi berlangsung tertib dan aman.
Hingga siang hari, perwakilan pengunjuk rasa masih menunggu kesempatan untuk berdialog langsung dengan pejabat Kementerian ESDM guna menyampaikan aspirasi mereka dan menyerahkan policy brief yang telah disiapkan.
Aksi ini menyoroti meningkatnya perhatian publik terhadap dampak negatif PLTU batu bara terhadap lingkungan dan kesehatan. Tuntutan penutupan PLTU Babelan menjadi bagian dari gerakan yang lebih besar untuk mendorong transisi energi yang lebih berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Beberapa dampak negatif PLTU Babelan yang disuarakan dalam aksi ini antara lain:
- Pencemaran Udara: Emisi dari PLTU, seperti partikel debu (PM2.5 dan PM10), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx), dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit jantung, dan kanker.
- Pencemaran Air: Air limbah dari PLTU dapat mencemari sumber air dan membahayakan kehidupan akuatik.
- Kerusakan Lingkungan: Penambangan batu bara untuk bahan bakar PLTU dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti deforestasi dan erosi tanah.
- Dampak Kesehatan: Paparan polusi dari PLTU dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, terutama pada anak-anak, orang tua, dan orang dengan kondisi kesehatan yang sudah ada.
Para pengunjuk rasa berharap bahwa aksi mereka dapat mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan nyata untuk mengurangi dampak negatif PLTU Babelan dan mempercepat transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Mereka juga menyerukan kepada masyarakat untuk terus mendukung upaya-upaya untuk melindungi lingkungan dan kesehatan dari dampak negatif PLTU batu bara.