Misteri Kematian Komodo di Perairan Manggarai Barat: Investigasi Mendalam Dilakukan

Kabar duka menyelimuti Taman Nasional Komodo (TNK) setelah seekor komodo ditemukan tak bernyawa di perairan Kampung Komodo, Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Penemuan ini memicu respons cepat dari Balai TNK yang berkoordinasi dengan Komodo Survival Program untuk melakukan investigasi lebih lanjut.

Penemuan komodo malang ini bermula dari laporan warga pada Sabtu, 24 Mei 2025. Petugas dari Wilayah SPTN II Pulau Komodo Balai TNK segera menindaklanjuti laporan tersebut. Komodo tersebut ditemukan dalam kondisi mengapung di laut, dan petugas bersama warga melakukan evakuasi jasad reptil purba tersebut. Menurut laporan, komodo yang ditemukan berjenis remaja dengan panjang sekitar satu meter.

Saat ini, Balai TNK telah melakukan pengukuran fisik terhadap individu komodo tersebut. Namun, penyebab pasti kematiannya masih menjadi misteri. Pihak berwenang belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut hingga investigasi selesai dilakukan.

Terlepas dari kejadian ini, Balai TNK menegaskan bahwa populasi komodo di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo secara umum berada dalam kondisi stabil. Kepala Balai TNK, Hendrikus Rani Siga, menjelaskan bahwa populasi komodo secara alami mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh ketersediaan satwa mangsa di alam.

Data Populasi Komodo (2018-2024):

  • 2018: 2.897 ekor
  • 2019: 3.022 ekor
  • 2020: 3.163 ekor
  • 2021: 3.303 ekor
  • 2022: 3.156 ekor
  • 2023: 3.396 ekor
  • 2024: 3.270 ekor

Hendrikus Rani Siga menambahkan bahwa penurunan populasi pada tahun 2024 masih dianggap wajar dan berada dalam kategori stabil. Pertumbuhan populasi komodo sangat bergantung pada daya dukung habitat dan ketersediaan sumber makanan. Naik turunnya populasi merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di lingkungan liar. Faktor-faktor seperti ketersediaan pakan, tingkat keberhasilan reproduksi, dan ketersediaan mangsa sangat mempengaruhi dinamika populasi komodo.