Jeritan Nelayan Cilincing: Antara Maut Kompresor dan Harapan Uluran Tangan Pemerintah

Dilema Nelayan Cilincing: Bertaruh Nyawa di Bawah Laut dengan Kompresor Ilegal

Di pesisir Cilincing, Jakarta Utara, sebuah ironi kehidupan terus berlanjut. Para nelayan, demi sesuap nasi, mempertaruhkan nyawa dengan menggunakan kompresor rakitan untuk menyelam mencari kerang. Alat yang seharusnya digunakan untuk memompa ban kendaraan, kini menjadi 'paru-paru' buatan di kedalaman laut, sebuah solusi berbahaya yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Tradisi ini, yang diwariskan turun-temurun, menjadi pilihan terakhir bagi para nelayan seperti Mulyadi (40). Dengan peralatan seadanya, selang usang dan mesin bekas dari onderdil mobil, mereka menyelam ke dasar laut. Ironisnya, praktik ini melanggar Undang-undang Perikanan Nomor 45 Tahun 2009, yang melarang penggunaan kompresor karena dampaknya yang merusak ekosistem laut dan membahayakan keselamatan nelayan.

Harga Sebuah Nyawa: Tragedi di Kedalaman Laut

Kisah pilu mewarnai kehidupan para nelayan Cilincing. Mulyadi mengungkapkan, "Di sini, banyak yang meninggal karena kompresor." Bahaya keracunan gas, kesalahan penyambungan, hingga menghirup oli dari mesin kompresor menjadi ancaman nyata. Ayah Mulyadi sendiri menjadi salah satu korban, meregang nyawa setelah puluhan tahun menghirup udara dari kompresor saat menyelam.

Prosesnya pun sangat berisiko. Selang sepanjang 30 meter menghubungkan kompresor ke alat hirup dari paralon. Sebelum digunakan, alat hirup tersebut dilumuri oli, yang tanpa sadar tertelan oleh para nelayan, menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mereka.

Antara Kebutuhan dan Keterbatasan: Mencari Solusi yang Berkelanjutan

Meski bahaya mengintai, para nelayan tetap mengandalkan kompresor. Tanpa alat ini, mereka hanya mampu menyelam selama satu menit. Dengan kompresor, waktu menyelam bisa mencapai 10 menit, memungkinkan mereka mengumpulkan hingga 15 kilogram kerang.

Mulyadi berharap pemerintah tidak hanya melarang penggunaan kompresor, tetapi juga memberikan solusi alternatif yang aman dan terjangkau. Tabung oksigen diving, meski lebih aman, dianggap terlalu mahal dan rumit. Kompresor, dengan segala risikonya, menjadi pilihan praktis karena dapat digunakan seharian tanpa perlu pengisian ulang.

Desakan Mulyadi mencerminkan harapan banyak nelayan Cilincing. Mereka membutuhkan uluran tangan pemerintah untuk mencari solusi yang berkelanjutan, yang tidak hanya melindungi nyawa mereka, tetapi juga menjaga keberlangsungan mata pencaharian mereka di laut.