Pantai Tulungagung Diterjang Tumpukan Sampah Kiriman Banjir Trenggalek, Pariwisata Terancam

Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, tengah menghadapi permasalahan serius terkait kebersihan lingkungan dan kelangsungan sektor pariwisatanya. Dampak dari banjir bandang yang melanda Kabupaten Trenggalek sejak beberapa waktu lalu, kini dirasakan di pesisir Tulungagung. Pantai Gemah, yang terletak di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, berubah menjadi hamparan sampah yang mengkhawatirkan.

Tidak hanya Pantai Gemah, kondisi serupa juga terjadi di sepanjang garis pantai yang meliputi Pantai Midodaren, Bayem, hingga Klatak. Tumpukan sampah dengan volume berton-ton mencemari keindahan pantai-pantai tersebut. Banjir dari Trenggalek mengalir melalui Sungai Parit Raya, yang bermuara di Bendungan Niyama, Desa Besuki, Tulungagung. Pembukaan Bendungan Niyama untuk mengatasi peningkatan debit air dari Trenggalek menjadi penyebab utama terbuangnya material sampah ke laut.

Menurut Imam Rojikin, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Gemah, bendungan tersebut sudah dibuka sejak tanggal 15, namun puncaknya terjadi saat banjir bandang di Trenggalek pada sekitar tanggal 19 Mei. Akibatnya, seluruh material yang terbawa arus sungai berakhir di laut, tepatnya di Teluk Popoh. Gelombang ombak kemudian menyebarkan sampah-sampah tersebut ke seluruh garis pantai.

"Semua terdampak karena kami dekat dengan pembuangan Bendungan Niyama," jelasnya. Panjang garis pantai di Kecamatan Besuki yang terdampak mencapai sekitar 2 kilometer. Pokdarwis Pantai Gemah mengakui kesulitan untuk membersihkan sampah-sampah tersebut karena volumenya yang sangat besar. Mereka memperkirakan setidaknya dibutuhkan dua alat berat, yaitu satu ekskavator dan satu buldoser, untuk mempercepat proses pembersihan.

Berkaca pada pengalaman serupa di tahun sebelumnya, biaya yang dibutuhkan untuk pembersihan diperkirakan mencapai sekitar Rp 50 juta. Rojikin menjelaskan bahwa biaya sewa untuk setiap alat berat mencapai Rp 450.000 per jam, sehingga total biaya untuk dua alat berat menjadi Rp 900.000 per jam. Jika alat berat bekerja selama 8 jam sehari, maka biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 7,2 juta per hari. Diperkirakan, proses pembersihan total akan memakan waktu minimal 7 hari.

Saat ini, Pokdarwis Pantai Gemah sedang membangun panggung kesenian di depan sekretariat. Oleh karena itu, Rojikin berharap adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, terutama pihak-pihak yang selama ini mendapatkan keuntungan dari keberadaan Pantai Gemah. Ia khawatir jika masalah sampah ini tidak segera diatasi, tidak akan ada wisatawan yang mau berkunjung.

"Wisatawan bablas ke Trenggalek, karena Pantai Gemah penuh sampah. Kita semua ikut rugi," tegasnya. Banjir sampah ini merupakan masalah yang berulang setiap kali terjadi cuaca ekstrem di Trenggalek dan Tulungagung. Rojikin berharap adanya solusi permanen untuk mengatasi masalah ini. Ia mengusulkan pemasangan jaring di sungai untuk mencegah sampah masuk ke laut. Jika masalah ini terus berlanjut, ia khawatir destinasi wisata pantai di Tulungagung akan kalah bersaing dengan Kabupaten Trenggalek.

"Harus diatasi, seperti pemasangan jaring di sungai untuk mencegah sampah masuk ke laut. Kalau dibiarkan terus seperti ini, kita tidak bisa bersaing," pungkasnya.