Banjir Rob Ancam Kepulauan Sumenep: Masyarakat Terisolasi, Pemerintah Belum Bertindak
Kepulauan Sumenep, Jawa Timur, kembali menghadapi bencana banjir rob yang melumpuhkan aktivitas warga dan mengancam kehidupan mereka. Desa Saobi, Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean, menjadi wilayah yang paling parah terdampak, dengan tiga pulau utama, yaitu Sapapan, Bungin Nyarat, dan Saobi, terendam banjir sejak 25 Mei 2025. Kondisi ini telah berlangsung bertahun-tahun, namun ironisnya, perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah masih sangat minim.
Ratusan rumah warga di enam dusun yang tersebar di tiga pulau tersebut terendam air dengan ketinggian mencapai 40 hingga 60 sentimeter. Pulau Bungin Nyarat bahkan lumpuh total karena seluruh wilayahnya tergenang air. Akses jalan utama di Pulau Saobi juga terputus, mengakibatkan aktivitas warga terhenti.
Kepala Desa Saobi, Hosaini, mengungkapkan bahwa hingga hari keempat banjir, belum ada tim dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep yang melakukan pendataan korban terdampak. Warga terpaksa bertahan dan mengatasi dampak banjir secara mandiri. Bantuan yang pernah diterima warga pun sangat terbatas, hanya berupa obat-obatan dan alat dapur yang diberikan sekitar tiga tahun lalu oleh Tagana kepada empat kepala keluarga.
Banjir rob di Desa Saobi bukan merupakan kejadian baru. Dalam dua tahun terakhir, banjir semakin parah dan meluas, hingga masuk ke rumah-rumah warga. Kondisi ini diperparah dengan frekuensi banjir yang terjadi dua hingga tiga kali dalam setahun.
Secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Ach Laili Maulidy, mengaku belum mengetahui adanya banjir rob di Desa Saobi. Ia menjelaskan bahwa BPBD hanya memberikan bantuan setelah menerima laporan dan hasil pendataan dari tim Tagana dan kepala desa. Bantuan yang diberikan pun sebatas stimulan berupa sembako atau uang. Sementara itu, penanganan dan solusi jangka panjang menjadi tanggung jawab Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis terkait.
BPBD terakhir kali memberikan bantuan terkait banjir rob pada tahun 2024 kepada warga Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura. Laili mengakui bahwa laporan mengenai banjir rob di Saobi seringkali terlambat diterima oleh BPBD.
Warga Desa Saobi sangat berharap agar pemerintah kabupaten maupun provinsi segera memberikan solusi konkret untuk mengatasi banjir rob yang telah menjadi masalah kronis di wilayah mereka. Tanpa adanya tindakan nyata, masyarakat akan terus hidup dalam kondisi yang memprihatinkan dan terisolasi.