Brigitte Macron: Transformasi dari Pendidik Menjadi Pendamping Presiden Prancis
Brigitte Macron, sosok yang kini dikenal sebagai Ibu Negara Prancis, mendampingi Presiden Emmanuel Macron dalam kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 27 hingga 29 Mei 2025. Kehadirannya tidak hanya mencuri perhatian karena gaya busananya yang selalu elegan, tetapi juga karena perjalanan hidupnya yang unik. Dari seorang guru sastra, kini ia memegang peran penting di sisi pemimpin negara.
Lahir dengan nama Brigitte Marie-Claude Trogneux pada 13 April 1953, di Amiens, Prancis, ia merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Keluarganya memiliki bisnis yang cukup dikenal, Chocolaterie Trogneux, sebuah toko cokelat artisan yang telah beroperasi sejak abad ke-19. Kecintaannya pada dunia sastra dan seni tumbuh sejak usia muda, membawanya untuk menekuni bidang tersebut hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di sebuah sekolah Katolik di Amiens, Brigitte melanjutkan studinya di bidang sastra dan berhasil meraih kualifikasi untuk mengajar di tingkat sekolah menengah.
Perjalanan Karier di Dunia Pendidikan
Karier Brigitte di dunia pendidikan dimulai pada tahun 1980-an sebagai guru sastra dan bahasa Latin. Ia mengajar di Strasbourg sebelum akhirnya kembali ke kota kelahirannya, Amiens. Selama menjadi guru, ia dikenal sebagai sosok yang berdedikasi dan mampu berkomunikasi dengan baik, terutama saat membimbing siswa dalam kegiatan teater sekolah. Pada tahun 1993, Brigitte menjadi bagian dari Lycée la Providence di Amiens, sebuah sekolah yang menjadi titik awal pertemuannya dengan Emmanuel Macron.
Pertemuan yang Mengubah Segalanya
Di Lycée la Providence, Brigitte mengajar Emmanuel Macron. Kedekatan mereka tumbuh melalui diskusi-diskusi sastra yang mendalam dan proyek teater yang intens. Hubungan mereka menjadi sorotan karena perbedaan usia yang cukup signifikan, 24 tahun, dan status Brigitte yang saat itu masih menjadi seorang istri dan ibu dari tiga orang anak.
Kontroversi yang timbul akibat hubungan mereka memaksa Emmanuel untuk pindah ke Paris atas permintaan keluarganya. Meskipun terpisah jarak, komunikasi di antara mereka tetap terjalin. Setelah proses perceraian dengan suami pertamanya, André-Louis Auzière, seorang bankir, Brigitte akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius dengan Emmanuel. Mereka kemudian menikah pada tahun 2007, saat Emmanuel berusia 29 tahun dan Brigitte 54 tahun.
Peran Sebagai Ibu Negara
Setelah Emmanuel Macron terpilih menjadi Presiden Prancis, Brigitte Macron mengemban peran sebagai Ibu Negara atau Première Dame. Meskipun tidak memiliki posisi formal dalam pemerintahan, ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Ia fokus pada isu-isu seperti memerangi perundungan di sekolah, mendukung pendidikan inklusif, dan memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Salah satu inisiatifnya yang paling dikenal adalah Institut des Vocations pour l'Emploi (LIVE), sebuah program pelatihan dan pemberdayaan yang ditujukan bagi anak muda yang putus sekolah atau belum memiliki pekerjaan.
Emmanuel Macron sendiri sering menyebut Brigitte sebagai 'jangkar' dalam hidupnya. Ia mengatakan bahwa Brigitte membantunya untuk tetap jujur, fokus pada pekerjaan, dan selalu mengingatkannya akan kebenaran.
Gaya Busana yang Ikonik
Selain perannya dalam kegiatan sosial, Brigitte Macron juga dikenal karena gaya busananya yang elegan dan modern. Ia sering mengenakan busana dari rumah mode ternama seperti Louis Vuitton dan Dior, namun tetap mampu mempertahankan citra pribadinya yang sederhana dan bersahaja. Penampilannya yang selalu anggun mencerminkan kepribadiannya yang kuat dan percaya diri.