Nangguak Tebat: Tradisi Leluhur Serawai Semarakkan Jelang Idul Adha di Seluma
Kabupaten Seluma, Bengkulu, menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha dengan tradisi unik yang diwariskan dari generasi ke generasi: Nangguak Tebat. Di Desa Lunjuk, ratusan warga bersemangat memadati Tebat Ratu, sebuah danau rawa yang menjadi pusat kegiatan komunal ini. Kamis pagi yang cerah menjadi saksi bisu kebersamaan mereka, bersenjatakan sauak (serokan jaring) dan keranjang, siap memanen rezeki dari danau.
Ritual dimulai dengan sambutan hangat dari Kepala Desa Lunjuk, Pengki Suwito, dilanjutkan dengan doa bersama untuk kelancaran dan keberkahan acara. Setelahnya, tanpa dikomando, warga langsung terjun ke dalam air, menebar jaring dan keranjang, berharap mendapatkan tangkapan ikan sebanyak-banyaknya. Suara riang gembira, canda tawa, dan teriakan semangat bergema di seluruh area Tebat Ratu, menciptakan suasana pesta rakyat yang meriah.
Nangguak Tebat, dalam bahasa Suku Serawai, secara harfiah berarti menangkap ikan di danau. Tradisi ini bukan sekadar kegiatan menangkap ikan, tetapi juga wujud kearifan lokal yang sarat makna. Tebat Ratu, sebagai aset desa, dikelola secara berkelanjutan dengan prinsip kebersamaan. Panen ikan hanya diperbolehkan setahun sekali, menjelang Idul Adha, dan hanya menggunakan alat tangkap tradisional seperti sauak dan keranjang. Pelanggaran terhadap aturan ini akan berakibat pada diskualifikasi dari acara panen.
Selama setahun, Tebat Ratu dibiarkan tenang, bebas dari aktivitas memancing atau menjala ikan. Hal ini bertujuan untuk menjaga populasi ikan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang biak. Beberapa tahun lalu, pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan memberikan bantuan berupa bibit ikan nila dan mujair sebanyak 10 ribu ekor. Bantuan ini sangat membantu meningkatkan hasil panen warga.
Menurut Diel Andika, tokoh pemuda adat Serawai, Nangguak Tebat memiliki nilai sosial dan budaya yang tinggi. Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi antar warga, mempererat tali persaudaraan, dan memperkuat solidaritas. Hasil tangkapan ikan kemudian dibagikan secara merata kepada seluruh warga, sebagai wujud ketahanan pangan desa. Bahkan, warga yang merantau pun menyempatkan diri untuk pulang kampung, turut serta dalam Nangguak Tebat, dan merasakan kebersamaan yang khas ini.
Setelah panen massal, Desa Lunjuk berencana untuk memasang keramba ikan di Tebat Ratu. Langkah ini merupakan upaya untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan desa. Dengan adanya keramba, diharapkan produksi ikan dapat terus meningkat dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Pemandangan di Tebat Ratu hari itu sungguh memukau. Ratusan warga dengan wajah berseri-seri, saling membantu dan berbagi kegembiraan. Ikan nila dan mujair berukuran besar memenuhi ember dan tempat penyimpanan. Di tepi danau, para ibu sibuk menyiapkan hidangan lezat untuk disantap bersama. Nangguak Tebat bukan hanya tradisi menangkap ikan, tetapi juga perayaan kebersamaan, persatuan, dan rasa syukur atas limpahan rezeki dari alam.