Optimisme Pasar: Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Sinyal Dovish The Fed

Optimisme terhadap mata uang Rupiah kembali bersemi. Analis pasar memprediksi Rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni mendatang. Sentimen ini didorong oleh ekspektasi perubahan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Penguatan Rupiah telah terasa dalam beberapa waktu terakhir, mencapai level di kisaran Rp 16.200 per Dolar AS. Kondisi ini didukung oleh meredanya tekanan pada imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury, serta masuknya aliran modal asing (capital inflow) yang cukup deras ke pasar saham dan obligasi dalam negeri.

Kiwoom Sekuritas Indonesia dalam risetnya menyatakan Rupiah masih memiliki potensi untuk menguat lebih lanjut, bahkan mencapai kisaran Rp 16.100 hingga Rp 16.000 per Dolar AS. Proyeksi ini dapat terealisasi lebih cepat jika The Fed memberikan indikasi perubahan arah kebijakan (pivot) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) mendatang, yang dijadwalkan pada bulan Juni atau Juli. Meskipun probabilitas penurunan suku bunga oleh The Fed saat ini masih di bawah 50 persen, sinyal dovish dari para pejabat The Fed atau data ekonomi AS yang kurang menggembirakan dapat menjadi katalis yang memicu pelemahan Dolar AS secara global.

Sentimen positif dari The Fed diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap stabilitas pasar keuangan Indonesia. Kondisi ini berpotensi menarik minat investor global untuk kembali berinvestasi pada aset-aset berisiko di negara-negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia. Hal ini tentunya akan memberikan dorongan tambahan bagi penguatan Rupiah dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Berikut adalah faktor-faktor yang mendukung potensi penguatan Rupiah:

  • Sinyal Dovish The Fed: Ekspektasi perubahan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari The Fed.
  • Meredanya Tekanan Yield US Treasury: Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengurangi daya tarik Dolar AS.
  • Aliran Modal Asing (Inflow): Masuknya dana asing ke pasar saham dan obligasi Indonesia.
  • Stabilitas Pasar Keuangan: Kondisi pasar keuangan yang stabil menarik minat investor asing.

Namun, perlu diingat bahwa pergerakan nilai tukar mata uang selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks dan sulit diprediksi secara pasti. Data Bloomberg mencatat, pada hari Rabu (28/5/2025), Rupiah sempat ditutup melemah tipis di pasar spot, berada di level Rp 16.296 per Dolar AS. Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Jisdor, Rupiah berada di level Rp 16.300 per Dolar AS pada hari yang sama. Meskipun demikian, sentimen secara umum masih positif, dengan harapan Rupiah dapat terus melanjutkan tren penguatan dalam beberapa waktu mendatang.