Dokter Bedah Predator Seksual Divonis 20 Tahun Penjara atas Pelecehan Ratusan Pasien
Dokter Predator Seksual Dihukum Berat Atas Kejahatan Terhadap Ratusan Pasien
Joel Le Scouarnec, seorang mantan dokter bedah, dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh pengadilan di Vannes, Prancis, atas serangkaian pemerkosaan dan pelecehan seksual yang mengerikan terhadap hampir 300 pasiennya. Mayoritas korban adalah anak-anak. Kejahatan ini dilakukan selama lebih dari tiga dekade.
Kasus ini mengguncang kota Vannes, tempat Le Scouarnec dulu berpraktik. Namun, vonis tersebut tidak serta merta menjadi perbincangan utama di kalangan masyarakat. Beberapa warga menyatakan rasa malu atas kejadian tersebut dan mempertanyakan bagaimana kejahatan itu bisa berlangsung begitu lama tanpa terdeteksi.
Detail Mengerikan Pelecehan
Terungkap bahwa Le Scouarnec melakukan pelecehan terhadap pasiennya antara tahun 1989 dan 2014 di berbagai rumah sakit di wilayah barat Prancis. Ia kerap kali memanfaatkan kondisi pasien yang sedang di bawah pengaruh anestesi atau baru pulih dari operasi untuk melakukan aksinya. Lebih mengerikan lagi, ia mencatat secara detail ratusan tindakan pelecehan tersebut dalam jurnal yang ditemukan oleh polisi saat penggeledahan apartemennya pada tahun 2017. Jurnal itu berisi pengakuan bahwa ia adalah seorang penyimpang seksual dengan berbagai fetish, termasuk pedofilia.
Selain jurnal, polisi juga menemukan koleksi boneka anak-anak di apartemen Le Scouarnec. Penemuan ini semakin memperkuat bukti kejahatan yang dilakukannya.
Kegagalan Sistem dan Pertanyaan yang Belum Terjawab
Fakta bahwa Le Scouarnec masih bisa berpraktik setelah divonis bersalah atas kepemilikan materi pelecehan seksual anak pada tahun 2005 menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan dan perlindungan anak di Prancis. Pihak rumah sakit yang mempekerjakannya setelah vonis tersebut berdalih bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk memberlakukan pembatasan tambahan karena pengadilan tidak mengeluarkan larangan profesional.
Selain itu, muncul pula pertanyaan apakah mantan istri Le Scouarnec mengetahui tentang pelecehan tersebut. Ia membantah tuduhan tersebut, namun proses hukum lebih lanjut sedang berlangsung untuk menuntut pertanggungjawaban yang lebih luas.
Dampak pada Korban dan Tuntutan Reformasi Hukum
Vonis terhadap Le Scouarnec tidak sepenuhnya memuaskan para korban dan keluarga mereka. Mereka merasa bahwa hukuman maksimal 20 tahun penjara tidak sepadan dengan kejahatan yang telah dilakukan, terutama mengingat banyaknya korban dan dampak jangka panjang yang mereka alami. Hukum di Prancis mengatur bahwa hukuman maksimal 20 tahun berlaku baik untuk satu korban maupun ratusan korban.
Beberapa korban bahkan meninggal dunia sebelum sempat menyaksikan keadilan ditegakkan. Keluarga korban menuntut reformasi hukum agar pelaku kejahatan seksual berulang mendapatkan hukuman yang lebih berat, bahkan hukuman seumur hidup. Pengadilan juga menjatuhkan larangan mendekati anak-anak dan hewan, serta larangan praktik medis jika ia bebas.
Meski demikian, peluang pembebasan lebih awal tetap ada. Hal ini memicu kekecewaan dan kemarahan di kalangan korban dan keluarga mereka. Mereka khawatir bahwa Le Scouarnec akan bebas dan kembali melakukan kejahatan yang sama.
Kurangnya Perhatian Publik dan Tabu Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Kasus Le Scouarnec mengguncang Prancis, tetapi perhatian publik dan media di Vannes relatif rendah. Hal ini diduga karena tabu yang masih kuat terkait kekerasan seksual terhadap anak. Beberapa warga merasa sulit untuk membicarakan kejahatan tersebut karena takut atau malu.
Kurangnya perhatian pada kasus ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi isu yang terabaikan di masyarakat. Diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran dan membuka ruang diskusi agar para korban berani berbicara dan mendapatkan keadilan.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kekerasan seksual, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terdapat berbagai organisasi dan lembaga yang siap memberikan dukungan dan pendampingan.